"Ada perbedaan akumulasi energi. Bentuk puncak juga berbeda karena itu erupsinya lebih besar dan lebih cepat, juga risiko lebih besar," ujar vulkanolog dari Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Yogyakarta, Dr Eko Teguh Paripurno, dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (28/10/2010).
Pada 2006, tidak ada bukaan kawah di bagian selatan Merapi. Namun pada 2010 ini, bukaan itu ditemukan. Padahal jarak Kaliadem yang dekat pemukiman penduduk ke arah puncak sekitar 4 km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria berkacamata ini memperkirakan erupsi Merapi saat ini memiliki tipe vulcano murni yang letusannya cenderung vertikal dan pola letusannya menyembur ke berbagai arah.
Dibanding kondisi Merapi 2006, energi Merapi yang terkumpul saat ini lebih besar. Karena itu prosesnya cepat dan volume lavanya banyak. "Kalau tadinya 3-4 km (jarak guguran lava) sekarang puluhan kilometer. Dan kita nggak tahu sudah selesai atau belum (pengeluaran energi). Jadi kita tunggu dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian," terang dia.
Saat erupsi pada 2006, terbentuk kubah lava. Hal itu sebagai akibat adanya energi berkekuatan sedang yang dimiliki Merapi, sehingga magma disisipkan ke luar gunung menjadi kubah. Biasanya kubah lava tidak stabil sehingga longsor. Ketika terjadi guguran kubah lava itulah terjadi awan panas.
"Kalau sekarang tidak terjadi kubah lava, sehingga yang terjadi adalah erupsi umum (letusan), bukan kubah lava," kata pria yang akrab disapa Kang ET ini.
Status Awas Merapi ditetapkan pada Senin (25/10) pukul 06.00 WIB dan gunung meletus esok harinya pada pukul 17.02 WIB. Sedangkan pada 2006, saat Mbah Maridjan moncer untuk pertama kalinya, jarak Awas dan erupsi makan waktu berhar-hari. Korban tewas kala itu ada 2 orang, sedangkan tahun ini di Sleman ada 32 orang, termasuk Mbah Maridjan (83). Jika dihitung dengan korban di Magelang, total ada 33 orang.
(vit/nrl)