"Saya tarik pintunya berat sekali karena karatan. Bunker ini terancam tidak berfungsi untuk menyelamatkan penduduk dalam kondisi darurat," tegas Sutarto, saat mencoba masuk ke dalam bunker di Pos Babadan, Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (22/10/2010).
Sutarto adalah kepala sekolah SDN Keningar, Kecamatan Dukun, Magelang. Dia datang bersama murid-muridnya dalam kegiatan studi tour.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petugas Pos Pengamatan Merapi Babadan, Ismail membenarkan kondisi bunker yang memprihatinkan itu. Menurutnya, seharusnya bangunan seluas 25 meter persegi itu dilengkapi perbekalan makanan, obat-obatan, air minum, serta oksigen.
"Saat ini oksigen belum diiisi. Air pun tidak lancar," ungkao Ismail.
Bunker di Pos Pengamatan Merapi Babadan, memiliki pintu besi setebal kira-kira 15 cm. Bunker tersebut memiliki dua ruangan yang dihubungkan sebuah lorong sepanjang 17 meter. Lebar lorong itu sekitar 80 cm dan tinggi 190 cm. Ruang utama atau ruang dekat dengan pintu masuk, atapnya lengkung dengan luas sekitar 2,5 meter X 8 meter.
Ruangan utama itu diterangi lampu pijar. Di ruangan itu juga ditempatkan sejumlah alat pemantau, baterai accu dan juga tabung oksigen.
Sedangkan ruang kedua merupakan ruang pemantau. Di ruang ini ada sebuah jendela kaca yang mengarah ke Merapi. Skenarionya, selama perlindungan sementara petugas bisa mengamati aktivitas Merapi dari jendela tersebut.
Bunker Pos Jrakah Lebih Parah
Kondisi yang tak jauh berbeda juga tampak di bunker yang berada di Pos Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali. Bahkan bisa dibilang, kondisinya lebih parah dibandingkan bunker di Pos Babadan.
"Kaca jendela besi yang berada di dalam ruangan tersebut sudah pecah dan belum diganti hingga sekarang. Tabung oksigen juga tidak ada isinya," tegas Tri Mujiyanto, petugas Pos Jrakah.
Tri Mujiyanto menegaskan, bunker tersebut memang tidak didesain untuk perlindungan bahaya terhadap luncuran lava dan awan panas Merapi. Bunker ini hanya didesain untuk mengantisipasi hujan abu.
Bunker dilengkapi dua buah pintu. Pintu pertama terbuat dari kayu dan pintu kedua agak di dalam terbuat dari lempengan besi baja yang kuat.
Ruangan terbuat dari beton cor dengan dinding bercat putih. Ada dua buah lampu listrik yang digunakan untuk penerangan ruangan bunker itu.
Bunker ini digunakan petugas pengawas gunung Merapi jika turun hujan abu yang tebal. Dengan adanya bunker ini tugas mengawasi perkembangan gunung Merapi tidak terganggu hujan debu itu.
"Sudah lama fasilitas seperti tabung gas tidak difungsikan. Mungkin karena tidak pernah terjadi bencana di Jrakah," tutur Tri.
(djo/djo)