Ucapan itu dianggap sebuah ilusi. Masa reformasi saat ini dinilai masih jauh lebih baik.
"Tidak benar publik merindukan masa-masa itu. Kalau ada elite politik yang
mengatakan merindukan suasana Orde Baru seperti dulu itu ilusi besar," ujar pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi kepada detikcom, Jumat (22/10/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai saat ini kepuasan tingkat rezim reformasi terhadap demokrasi masih
tinggi dengan persentase lebih kurang mencapai 70 persen," kata dia.
Alasan utama penurunan itu, menurutnya, lebih disebabkan memori publik yang belum melupakan bahwa Soeharto adalah dalang keterpurukan Indonesia. Hal ini sulit dimaafkan oleh masyarakat.
"Krisis 1998 itu membuat publik tidak merespon positif sosok Soeharto, bahkan dari survey yang terus menurun kita yakin publik tidak bermimpi lagi hidup di masa itu," imbuh Burhanuddin.
Selain alasan utama itu ada beberapa indikator yang bisa dijadikan penilaian bahwa pemerintahan saat ini sedikit lebih maju dari terdahulu. Indikator yang pertama adalah partai yang mengusung ideologi Soeharto seperti PKPB (Partai Karya Peduli Bangsa) terus jeblok perolehan suaranya sejak pemilu 2004.
"Sedangkan faktor lainnya yaitu Tommy yang pernah coba mencalon dalam munas Golkar kemarin, malah kalah nol persen. Padahal partai ini ayahnya sendiri yang mendirikan," jelasnya.
Anggapan pihak yang mengklaim Indonesia butuh suasana seperti zaman
Soeharto dulu sudah pasti bertentangan dengan publik. Dan kembali melihat ke
belakang bagi Burhanuddin sama dengan mementahkan capaian refomasi yang selama ini telah diperjuangkan.
"Keinginan seperti itu hanya akan melawan arus opini publik Indonesia, dan
menyederai hati masyarakat yang mendukung terciptanya reformasi saat ini. Maka itu janganlah kita mentahkan lagi capaian yang kita rasakan sejak reformasi itu. Dan itu yang harusnya kita hargai," tandas Burhanuddin.
(lia/rdf)