"Sekitar tanggal 22 Oktober akan ada bulan purnama. Ini jadi faktor pengganggu untuk melihat hujan meteor itu," ujar peneliti matahari danΒ antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (19/10/2010).
Hujan meteor Orionid ini terjadi sejak awal Oktober hingga November. Keindahan puncak hujan meteor ini sebenarnya dapat disaksikan pukul 01.00-02.00 WIB. Jika pada dini hari itu, Anda masih terjaga dan berniat melihat fenomena alam ini, pergilah ke lapangan terbuka. Lihatlah langit sedikit ke utara di atas kepala Anda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau cuaca cerah, tidak ada objek yang menghalangi pandangan ke rasi Orion itu, dan jauh dari polusi cahaya, maka keindahan hujan meteor akan terlihat," sambung Djamaluddin,
Karena itu, bagi yang ingin melihat hujan meteor hendaknya mencari wilayah yang sedikit lampunya. Kalaupun berada di daerah perumahan, maka lampu sekitar rumah dipadamkan agar cahaya di langit terlihat lebih jelas. Sayangnya di puncak hujan Orionid nanti, bulan purnama akan membuat adanya polusi cahaya.
Pada saat puncak hujan meteor Orionid, rata-rata sekitar 20-40 meteor yang jatuh per jamnya. Bila dalam satu jam ada 40 meteor yang jatuh, maka kira-kira sekitar satu menit ada satu meteor yang jatuh.
Disebut hujan meteor orionid karena jatuhnya meteor di rasi bintang Orion. Fenomena ini terjadi karena bumi melintasi debu sisa komet Halley. Sebenarnya akibat lintasan bumi ini, terjadi 2 kali hujan meteor yang hampir sama. Pada bulan Mei terjadi hujan meteor Eta Aquarids, sedangkan pada Oktober menyebabkan hujan meteor Orionid.
Hujan meteor Orionid ini adalah fenomena tahunan. Karena setiap tahun, bumi selalu melintasi debu sisa komet Halley. Peristiwa ini secara umum dapat disaksikan di hampir semua wilayah di bumi, terlebih bagi mereka yang tinggal di sekitar khatulistiwa.
(vit/nrl)