Jurus Mengurai Kemacetan ala China

Laporan dari Beijing

Jurus Mengurai Kemacetan ala China

- detikNews
Jumat, 15 Okt 2010 09:24 WIB
Beijing - Macet tak cuma menjadi masalah kota Jakarta. Beijing yang merupakan ibukota dari negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia -- China -- pun didera masalah serupa. Namun mereka kini telah menemukan solusinya.

Menurut tour guide sekaligus orang lokal setempat yang penulis temui, Cherry, kemacetan jalan raya di Beijing terbilang cukup terkenal di kalangan para turis.

"Bahkan ada celetukan yang mengatakan bahwa, Anda belum sepenuhnya berkunjung ke Beijing jika belum pernah tersangkut kemacetan untuk beberapa jam di jalan raya," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendapati image minor tersebut, otoritas setempat pun langsung bereaksi dengan mengeluarkan kebijakan pembatasan kendaraan pribadi yang boleh melalui ring road berdasarkan satu angka di pelat nomor kendaraan yang paling belakang.

Misalkan, untuk mobil pribadi yang angka paling belakang di pelat nomornya adalah ''1" dan "5", maka mobil tersebut dilarang melalui jalur ring road selama hari Senin dan Rabu.

Sementara mobil pribadi yang angka paling belakang di pelat nomornya adalah "2" dan "6", maka tidak diperbolehkan memasuki kawasan jalur padat tersebut pada hari Selasa dan Kamis. Begitu pula untuk angka lain, semua akan mendapat jatah hari pelarangannya.

Jangka waktu pembatasan ini tidak berlaku selamanya, namun akan berganti setiap tiga bulan sekali. Jadi untuk angka tertentu tidak akan mendapat hari pelarangan terus menerus di suatu waktu, tapi akan selalu berganti.

Adapun untuk jalur yang dilarang dilalui tidak berlaku untuk semua jalan raya di Beijing. Pelarangan ini hanya berlaku di lima wilayah ring road, yang menjadi jalur-jalur penting. Beijing sendiri memiliki enam jalur ring road.

"Iya, satu jalur ring road tidak diberlakukan kebijakan itu karena wilayahnya agak jauh dari pusat kota. Jadi di sana masih dibebaskan," ujar sang tour guide tersebut.

Kebijakan ini pula tidak berlangsung sepanjang hari, namun hanya di hari-hari kerja yakni Senin-Jumat. Sementara untuk Sabtu dan Minggu, masyarakat setempat dibebaskan untuk mengendarai mobilnya menyusuri jalan-jalan kota Beijing.

Selain itu, aturan yang baru diberlakukan sejak Olimpiade 2008 ini juga hanya berlaku bagi kendaraan pribadi. Transportasi publik seperti bus dan taksi tak terpengaruh.

Lalu pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah metode ini telah berhasil mengurai kemacetan di jalan raya? So far, menurut Cherry, hal itu cukup berhasil.

"Sebab, mungkin kalau tidak ada aturan tersebut kemacetannya akan lebih parah dari yang sekarang," tukasnya kepada penulis sembari menunjuk kondisi di salah satu jalan raya pusat kota Beijing yang agak tersendat.

Kabar terakhir menyebutkan, otoritas kota Beijing sampai saat ini juga telah menggodok aturan lain sebagai jurus baru untuk lebih mengurangi tingkat kemacetan di kota terbesar kedua di China ini.

Yakni dengan meningkatkan biaya pembuatan pelat nomor bagi kendaraan-kendaraan pribadi yang baru dibeli menjadi 10 kali lipat.

Untuk saat ini, pajak pembuatan pelat nomor di Beijing dibanderol sekitar 200 Yuan. Namun direncanakan tarif tersebut akan melonjak menjadi 2.000 Yuan.

"Namun itu masih dalam pembahasan, dan cukup membuat masyarakat di sini gelisah," pungkas Cherry.

Lalu bagaimana dengan Jakarta? Solusi apa yang akan ditawarkan para ahli yang mengatur ibukota Indonesia ini?

Keterangan Foto: Kondisi salah satu ruas jalan di Beijing (ash/inet)

(ash/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads