"Kalau cerah, maka udara dipanaskan dan kemudian membentuk awan. Setelah siang awan baru cumulonimbus terbentuk. Pukul 14.00 WIB ke atas harus hati-hati karena berpeluang hujan. Jadi kalau mau pergi, pagi saja," saran pengajar Jurusan Geofisika dan Meteorologi ITB Zadrach Ledoufij Dupe dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (7/10/2010).
Menurut dia, ada banyak faktor terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia. Namun faktor utamanya karena fenomena La Nina di lautan Pasifik, yakni sekitar ekuator. Saat fenomena ini terjadi, maka angin pasat akan menguat. Akibatnya air laut yang panas di belakang Papua pun terdorong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awan cumulonimbus merupakan gumpalan awan putih menyerupai kapas atau sayur kol. Awan ini semakin lama akan menjulang tinggi. Keberadaan awan ini merupakan pertanda akan terjadinya hujan deras yang disertai dengan angin kencang dan guntur.
"La Nina punya masa sekitar 2-7 tahun. Dia tidak berdiri sendiri karena ada El Nino yang menyebabkan kering berkepanjangan. Terjadi di lautan Pasifik tapi pengaruhnya global," jelas Zadrach.
Menurut dia, La Nina yang sedang menjadi fenomena sekarang ini terus berlangsung sampai tahun depan. Setelah itu, cuaca akan normal, dengan catatan tidak terjadi fenomena El Nino yang membuat kemarau panjang.
(vit/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini