"Godaan yang terberat adalah suap. Saya rasa semua jaksa pernah ditawari suap, nah persoalannya dia mau atau tidak. Dan ucapan Pak Hendarman itu mengingatkan agar para jaksa awas jangan sampai tergoda," kata mantan Direktur Penyidikan Kejagung, Chaerul Imam, saat dihubungi detikcom, Kamis (7/10/2010).
Sebenarnya, lanjut Chaerul, bukan hanya jabatan jaksa saja yang penuh godaan, semua penegak hukum termasuk hakim dan polisi juga rawan akan tawaran suap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi di Indonesia, godaan ini terasa lebih berat, mengingat masyarakat banyak tahu bahwa gaji penegak hukum relatif kecil. "Nah, kemudian kalau ditawari duit penegak hukum itu akan mudah berubah pikiran," terangnya.
Dia tidak memungkiri kemudian kalau ada jaksa yang tergoda untuk berbuat nakal, tapi dia tetap yakin masih ada jaksa-jaksa jujur yang menjunjung tinggi idealisme.
"Sebagai contoh, kita bisa melihat perumahan jaksa di Lebak Bulus. Di sana masih banyak jaksa pensiun yang menempati rumah dinas, mereka tidak mampu membeli rumah. Bahkan ada kawan saya jaksa yang tidak mampu menyekolahkan anaknya kuliah, padahal dia sendiri lulus sarjana," urainya.
Dalam sambutan perpisahannya di Kejagung pada Rabu (6/10) sore, Hendarman mengaku sudah menjadi manusia merdeka, bebas menyampaikan pikiran dan pendapat. Bagi dia, bekerja di Kejaksaan seperti bekerja di antara api dan neraka.
"Jadi harus berdoa terus supaya tidak tergelincir," tutur Hendarman saat memberi sambutan dalam acara perpisahan dirinya di Sasana Andrawina Kejagung, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan.
Hendarman menuturkan, dirinya pernah menungkapkan di hadapan Presiden SBY, bahwa pekerjaan penegak hukum adalah pekerjaan sulit.
"Bagaikan berjalan di tepi jurang. Tak semua orang merasa puas dengan penegakan hukum. Kalau diputus 10 tahun belum tentu yang dituntut senang. Jadi serba sulit untuk memperoleh suatu rasa keadilan yang obyektif. Semua dirasa subyektif," tambahnya.
(ndr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini