"Untuk memastikan langkah-langkah konkrit dalam rangka mencari upaya solutif serta mencegah kejadian serupa yang membaw korban jiwa," kata Laode Ida yang juga Wakil Ketua DPD dalam siaran pers, Senin (4/10/2010).
Pertemuan digelar dua kali pada Kamis (30/9) dan Minggu (3/10) di ruang kerja Laode Ida di gedung DPD. Laode Ida menyebutkan pihak-pihak yang hadir antara lain tokoh masyarakat asal NTT Herman Hery, Zakaria Satova, Clemen Dama, Petrus Selestinus, Robert Keytimu, dan Carolina Nubatonis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertemuan berlangsung penuh kekerabatan, seraya sesekali mengenal masa lalu terkait hubungan persaudaraan budaya Maluku dan NTT, termasuk para tokohnya yang selalu dalam hubungan harmonis," terangnya.
Dalam kesempatan itu, para tokoh juga merasa keberatan dengan istilah preman yang kerap disebutkan. Mereka sebenarnya hanya menjalankan pekerjaan sebagai jasa pengamanan informal untuk menyambung hidup. Dan jasa itu dibutuhkan pihak pebisnis dan aparat keamanan.
"Kita harapkan peristiwa Blowfish dan Ampera tidak terulang lagi. Dan agar pihak Polda Metro Jaya mengusut akar penyebab perkelahian. Selain itu pihak kepolisian agar memanggil dan mempertemukan pemimpin informal dan pengelola jasa keamanan informal," jelas Laode.
Polda Metro Jaya diharapkan mempertemukan para pengelola klub malam dan memberikan pesan terkait penggunaan jasa pengamanan informal. Pihak yang terlibat bentrok juga agar dipertemukan.
"Pemerintah juga agar mengembangkan kawasan Indonesia Timur," imbau Laood.
Kerusuhan di depan PN Jaksel, Jl Ampera Raya, menewaskan 3 pria dan melukai beberapa orang lainnya. Kerusuhan dua kelompok massa ini terjadi menjelang sidang tersangka keributan di tempat kongkow elite di Jakarta, Blowfish, pada April lalu. Keributan di kelab malam itu akibat ada kelompok yang marah karena ketiadaan kursi.
(ndr/nrl)