Lebih tak biasa lagi, desa itu didatangi oleh segerombolan tentara asing, yang mungkin untuk pertama kalinya di desa itu. Tentara itu adalah tentara AS dan tentara Singapura yang turut membantu operasi Bakti Surya Baskara Jaya yang dilakukan TNI AL.
Operasi Bakti Surya Baskara Jaya adalah operasi membawa misi kemanusiaan lewat layanan kesehatan bagi masyarakat di desa-desa terpencil. Operasi ini dilakukan dalam rangka kegiatan Sail Banda 2010.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu tiga anak itu memeriksakan penyakit yang sudah ia alami sejak satu tahun terakhir. Selain Ibi, tampak pasien lain yang berbodong-bondong datang dengan segala penyakitnya. Ada yang terkena katarak, hipertensi, sampai dengan kelumpuhan.
"Rata-rata untuk wilayah Maluku yang paling banyak katarak, mungkin karena daerah pantai," kata Wakil Komandan Satgas Bakti Surya Baskara Jaya, Kolonel Arie Zakaria, saat memimpin layanan kesehatan.
Zakaria mengatakan, sejak 11 Juli lalu, pihaknya sudah melayani 9.315 pasien dari sepuluh daerah yang dikunjungi. Satgas juga mengaku tidak bisa melayani seluruh kebutuhan operasi bagi para pasien.
"Kita kewalahan dan tidak layani bedah umum lagi, sudah penuh. Tapi kita masih menerima bedah semisal bibir sumbing," kata Zakaria.
Ia mengakui kebutuhan operasi warga jauh melebihi prediksi. Padahal, KRI Soeharso (kapal rumah sakit), satgas sudah melakukan bedah minor sebanyak 164 kali dan bedah mayor 660 kali. Belum lagi operasi yang dilakukan tentara AS dan Singapura di kapal rumah sakit miliknya, USNS Mercy dan RSS Endevour.
"Tapi Mercy dan Endevour sudah menolak dari dua hari yang lalu, karena sudah penuh" katanya.
Zakaria mengatakan, membludaknya pasien yang butuh dioperasi karena kurangnya distribusi dokter spesialis di daerah-daerah terpencil. Ia mencontohkan, tidak adanya dokter spesialis di Pulau Banda yang berjarak 160 km tenggara Pulau Ambon.
"Kalau mau dokter spesialis harus ke Ambon, pesawat pun hanya seminggu sekali," kata Zakaria membandingkan dengan perjalanan laut yang paling cepat 8 jam.
Jangankan yang berbeda pulau, Ibi, warga desa Morella yang notabene masih dalam pulau Ambon, saja harus menempuh perjalanan sejauh 70 km untuk sampai ke RSUD Ambon. Ia harus mengeluarkan ongkos Rp 15.000,- setiap kali haru mengantarkan suaminya yang sakit asam urat selama 20 tahun ke RS itu.
"Sudah lebih dari 30 kali bawa ke RS, tapi tetap saja tidak ada hasil," kata Ibi tentang suaminya, Hasan (53) yang kini mengenakan tongkat karena serangan asam urat di kakinya.
(lrn/mok)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini