200 Reaktor Biogas Dibangun Di Yogyakarta

200 Reaktor Biogas Dibangun Di Yogyakarta

- detikNews
Jumat, 16 Jul 2010 14:48 WIB
Yogyakarta - 200 Reaktor biogas rumah (Biru) dibangun di Kabupaten Bantul dan Sleman, Provinsi DI Yogyakarta. Biogas tersebut memanfaatkan limbah kotoran manusia dan hewan. Fermentasi kotoran tersebut akan menghasilkan gas yang dapat digunakan bahan bakar dan listrik untuk kebutuhan rumah tangga.

Pada tahap awal pembangunan reektor biogas dilaksanakan pelatihan pembangunan bagi para tukang batu di Dusun Tangkil, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Sebanyak 15 tukang batu dan 3 supervisor mengikuti pelatihan program Biogas Biru dengan memanfaatkan kotoran sapi.

Program ini merupakan kerja sama pemerintah Indonesia dan Belanda melalui lembaga Hivos (institut kemanusiaan untuk kerja sama pembangunan) dan SNV (lembaga pembangunan dari Belanda) yang ditunjuk sebagai pengelola program nasional Indonesia Biogas Domestic Programme (IBDP) bersama Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wilayah Bantul dan Sleman cukup baik untuk program ini. Rata-rata tiap rumah tangga d dusun punya hewan ternak sapi ataupun kambing 2-3 ekor. Kotoran hewan tersebut sangat mampu untuk menopang keberlangsungan kesediaan bahan baku biogas," kata Maria Epik Pranasari, Provincial Coordinator Indonesia Domestic Biogas Programme kepada wartawan di sela-sela kegiatan di Dusun Tangkil, Srihardono, Pundong, Bantul, Jumat (16/7/2010).

Menurut dia, sejak tahun 2009 hingga tahun ini sudah membangun lebih dari 260 reaktor di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan luar Jawa. Untuk Provinsi DI Yogyakarta hingga akhir tahun 2010 akan dibangun 200 reaktor. Reaktor Biru dibangun dengan teknologi fixed dome atau kubah beton yang mampu menampung kotoran sebanyak 6 meter kubik.

"Satu unit reaktor biogas rumah biru untuk kebutuhan rumah tangga dibutuhkan biaya Rp 4 juta-Rp 5 juta. Warga yang ingin membuat reaktor juga akan dibantu pembiayaannya," katanya.

Selain menghasilkan biogas untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari kata dia, endapan dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Kualitas pupuk yang dihasilkan juga lebih baik dari pupuk kandang biasa.

"Biogas ini juga berbeda dengan gas elpiji. Jadi tidak perlu khawatir, reaktor penampungan gas akan meledak. Gas yangย  dihasilkan berbeda dengan gas elpiji yang mudah meledak," katanya.

Sementara itu Kepala Dusun Tangkil, Darmanto menambahkan rata-rata penduduk di dusunnya memelihara sapi 2-3 ekor dan kambing lebih dari 5 ekor. Dengan dibangunnya reaktor biogas biru ini akan membantu warga dalam pengadaan gas. Sebab selain saat ini sering terjadi ledakan gas elpiji, ia dan para warga bisa menghemat gas tanpa harus membeli.

"Kotoran sapi melimpah di dusun, kami memanfaatkan untuk pupuk, jika digunakan untuk biogas, limbahnya juga bisa digunakan sebagai pupuk, jadi ada manfaat tambahan," pungkas Darmanto.

(djo/djo)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads