"Menurut keterangan BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup) Provinsi DKI Jakarta itu air biasa. Memang di kanan-kiri areal makam ada sumur di kedalaman 3 meter. Artinya itu air biasa, normal, dan jernih," kata Prijanto saat ditemui di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (9/7/2010).
Ia meminta masyarakat yang kadung meyakini air yang keluar dari makam sebagai air keramat untuk tidak menanggapi secara berlebihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media massa dan ulama, imbuhnya, memiliki peranan penting dalam penyampaian pesan kepada masyarakat mengenai air yang terlanjur dianggap masyarakat mujarab itu.
"Media massa punya peranan di sini, juga para tokoh ulama, agar air yang keluar di tempat tersebut tidak dianggap berlebihan oleh masyarakat. Itu air yang biasa saja," tegasnya.
Air keluar dari makam mulai Kamis pekan lalu, saat akan dilakukan pemindahan makam. Mendengar air keluar dengan deras dan jernih, ratusan warga berduyun-duyun mengambil air yang diyakini memiliki khasiat.
Ahli hidrologi Unpad dan ahli geoteknologi LIPI memastikan air tersebut merupakan air endapan hujan. Kejernihan air karena air telah lama mengendap di dalam tanah.
(ahy/nrl)