Mendapat serangan tiba-tiba, para pedagang tak bisa berbuat banyak selain meraung-raung, meratapi tiang besi dan tenda jualan mereka yang diangkut mobil truk milik massa penyerang.
Aksi pembongkaran pasar malam yang baru berjalan selama 5 hari ini dipicu kasus sengketa tanah antara ahli waris keluarga Andi Mappanyukki yang mengklaim kepemilikan lahan di kompleks Permata Sari, yang sebelumnya sudah dibangun perumahan dan pertokoan oleh developer PT Timurama. Kasus ini sebenarnya telah diproses hukum dan sudah mendapat perhatian dari kalangan legislator Makassar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berjualan di sini, hutang sana-sini untuk bayar sewa dan beli besi tenda, rumah saya nyaris disita oleh bank, tiba-tiba kami diusir, mana keadilan di negeri ini," ungkap Bulqis sambil meraung-raung.
Bulqis juga menyebutkan, massa penyerang bukan dari warga Kompleks Permata Sari yang terancam akan kehilangan rumahnya, jika kubu Andi Bau Appo Mappanyukki memenangkan gugatannya di Mahkamah Agung. Warga kompleks ruko Permata Sari, lanjut Bulqis, malah gembira dengan adanya pasar malam karena omzet toko mereka bertambah.
"Semua pemilik ruko biasanya tutup pukul tujuh malam, setelah ada pasar malam mereka biasanya tutup sampai jam 12 malam, jadi kalau ada yang bilang kami diserang warga itu bohong," pungkas Bulqis yang juga berjualan pakaian jadi di pasar malam tersebut.
Selain Bulqis, para pedagang lainnya juga meratapi lapaknya yang dibongkar paksa oleh massa penyerang. Mereka berharap Walikota Makassar dan para wakil rakyat di DPRD Makassar tidak tinggal diam
atas tindakan pembongkaran paksa tersebut yang membuat para pedagang kecil mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.
(mna/anw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini