M Yasin: Tentara Israel Sengaja Dikorbankan untuk Propaganda

Tragedi Freedom Flotilla

M Yasin: Tentara Israel Sengaja Dikorbankan untuk Propaganda

- detikNews
Jumat, 11 Jun 2010 17:02 WIB
Jakarta - Pemerintah Israel mengklaim telah terjadi penyerangan terhadap tentaranya oleh relawan yang berada di armada kemanusiaan kapal Mavi Marmara. Namun semua itu disanggah oleh salah satu jurnalis yang ikut dalam misi kemanusian tersebut.

Menurut jurnalis TVOne, M Jasin, justru Israel sengaja mengorbankan tentaranya. Bahkan sebelum melakukan penyerangan, media Israel memberitakan akan ada pembajakan kapal Mavi Marmara namun tentara Israel tidak bertanggung jawab.

"Tentara Israel sengaja dikorbankan untuk turun ke kapal. Seakan-akan relawan melakukan perlawanan lebih dulu. Jadi Israel ingin melakukan pembenaran kalau kita memukuli dulu jadi tidak salah mereka melakukan penyerangan. Padahal setelah itu mereka menembaki kami lewat kapal" kisah Jasin di Masjid Agung Al Azhar, Jl Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (11/6/2010).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yasin menceritakan, sekitar pukul 04.00 waktu setempat dirinya mendengar rentetatan senjata dan dua kali dentuman bom. Kemudian dia juga melihat dua speed boat berada di sisi kiri dan kanan kapal sambil melakukan tembakan.

"Di sisi kanan ada yang terluka. Saya berkesimpulan Israel gunakan peluru tajam dan menembak ke arah kami," kisahnya.

Jasin menambahkan, penyerangan berlangsung sekitar 45 menit. Dalam kurun waktu tersebut dirinya sempat mengabadikan momen kebrutalan tentara Israel.

"Saya menyesal tidak membawa satu kaset pun ke Indonesia. Saya yakin kalau kaset saya bisa dibawa ke Indonesia. Jelas Israel menembaki kami terus dan membom kapal kami," tambahnya.

Yasin melanjutkan, selama ditahan di atas kapal, para relawan diperlakukan tidak manusiawi. Bahkan untuk izin buang air kecil saja tidak diberikan hingga sebuah keberanian yang akhirnya membuat Jasin dan rekan-rekan akhirnya bisa mendapat izin.

"Akhirnya ada seorang yang dalam posisi tangan terikat kemudian azan dan secara bersamaan semua membentuk shaf salat. Kemudian ada yang minta ke kamar mandi akhirnya baru bisa," terangnya.

Sesampainya di tahanan, kata Jasin, seluruh barang-barang milik relawan diambil oleh tentara Israel. Dan saat itu hanya dirinya yang memiliki sebuah pena.

Pena tersebut, kata Jasin menjadi barang paling berharga. Karena dapat membantu menghilangkan rasa bosan berada di dalam penjara dan juga menuliskan kisah yang dialaminya.

"Karena buntu tidak ada yang bisa kami lakukan dan waktu terasa berjalan lama. Kami merasa siapa yang dapat membebaskan kami, jadi kami hanya bisa menuliskan," tutupnya.

(ddt/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads