"Untung saja pemilik rumah ini, Pak Agus, orangnya baik. Dia sering telepon, 'yang penting Ibu sehat, tidak usah dipikirkan yang itu (uang kontrak)'," kata Rachmi yang menirukan ucapan pemilik rumah.
Di rumah tipe 45 di Perumahan Bappenas, Blok A 12, Cinangka, Wates, Sawangan, Depok, itu Rachmi hanya tinggal dengan suaminya, Muhammad Benny.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benny sendiri sudah lama pensiun dari kontraktor bangunan. Meski sesekali membantu temannya dalam bisnis jual beli tanah, namun Benny lebih banyak vakum ketimbang kerja.
"Sekarang juga lagi vakum," kata Rachmi saat dikunjungi detikcom, Sabtu (15/5/2010).
Untuk kebutuhan sehari-hari, Rachmi mengandalkan dari uang tunjangan pahlawan nasional Rp 1,5 juta per bulan. Karena pembayaran tunjangan dilakukan empat bulan sekali, Rachmi terpaksa berutang sana-sini dulu.
"Untuk nambah-nambah, saya jualan minuman ringan kecil-kecilan," kata Rachmi yang membuka lapak dengan bermodal sebuah meja itu.
Rumah Rachmi kebetulan berdekatan dengan sebuah sekolah dasar, sehingga banyak anak sekolah yang sering jajan di lapak daruratnya itu.
"Lumayan Mas, buat nambah-nambah," kata Rachmi dengan keuntungan Rp 30.000 per hari.
Rachi mengatakan, meski pemilik rumah tidak pernah menagih uang sewa kontrak, ia juga lama-lama tidak enak dengan utangnya yang kian membesar. Ia hanya berharap bisa memiliki sebuah rumah untuk menghabiskan masa tua bersama suami yang ia cintai.
"Saya nggak neko-neko, yang saya perlukan hanya tempat tinggal. Kalau kebutuhan sehari-hari Insya Allah bisa saya usahakan," kata Rachmi yang harus rutin mengkonsumsi obat kolesterol dan darah tinggi ini. (lrn/ndr)