"Kami harus cari, membuktikannya ada atau tidak, itu seperti bentuk batuan atau bongkahan terbakar berwarna hitam," ujar profesor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di bidang astronomi sekaligus Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan Thomas Djamaluddin.
Hal itu disampaikan Thomas ketika dihubungi detikcom, Jumat (30/4/2010).Β
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di meteorit itu ada lapisan halus berwarna hitam disebut fussion cracht, seperti lapisan luar habis terbakar," imbuhnya.
Menurutnya, diameter meteorit yang jatuh ke bumi bermacam-macam diameternya. Yang paling sering adalah seukuran buah kelapa atau bola sepak. Dan jarang yang meteorit yang mengenai rumah, lebih sering jatuhnya di tanah kosong.
"Semakin besar (ukuran meteor) semakin jarang. Kalau di rumah pernah dilaporkan di Jepang atau New Zealand. Kalau di Jepang pernah ada, hanya melubangi atap saja," kata dia.
Di Indonesia, sudah sering ditemukan meteor jatuh di lahan kosong. Beberapa sisanya jatuh di Tegal, Jawa Tengah; dan Pontianak, Kalimantan Barat. Biasanya, sisa meteoritnya diminta masyarakat.
"Tidak beracun kok itu. Mengandung mineral tergantung jenis batuannya. Ada yang mengandung karbon dan silikat, ada yang mengandung logam, lebih padat dan keras," jelas dia.
Apakah ada kemungkinan meteor itu sisa dari hujan Meteor Lyrids yang turun dari 15-26 April 2010? "Hujan meteor Lyrid sangat kecil, halus seperti butir pasir, tidak ada meteor besarnya. Kalau itu (meteor besar) batuan sisa pembentukan tata surya," papar Thomas.
(nwk/nrl)