Cuplikan berdurasi tak kurang dari 2 menit soal 'Cowboys in Paradise' menggambarkan kehidupan dan aktivitas pemuda petualang cinta di Bali, khususnya Pantai Kuta. Sosok para pemuda berbadan atletis dan berkulit gelap ditampilkan sedang bermesraan dengan turis wanita. Bahasa asing mereka, terutama Inggris, lumayan lancar.
Akibat beredarnya film dokumenter ini, Satgas Pantai Kuta akhirnya melakukan razia terhadap para pria berbadan kekar yang berkeliaran di Pantai Kuta pada Senin 26 April lalu. Hasilnya, puluhan pria berbadan kekar tanpa identitas. Usai razia ini, Pantai Kuta sepi oleh para pemuda kekar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemuda Bali pun merasa dirugikan akibat tayangan film dokumenter itu. "Saya sempat nonton dari keponakan saya. Dia sebagai pemuda Kuta agak terusik sedikit, karena local boy disingung seperti itu," imbuh Sudira.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika langsung bersikap. Dia berjanji akan mengusut tuntas film yang menggegerkan tersebut. Pastika juga berjanji bakal mengambil tindakan tegas agar citra Bali sebagai pulau spiritual tidak ternoda.
Sebenarnya apakah benar praktek gigolo memang terjadi di Bali? Fenomena gigolo di Bali memang sudah ada. Informasi yang dihimpun detikcom, jasa gigolo sudah mulai ada di Bali sejak 20 tahun yang lalu. Jasa Gigolo di Bali memang merebak layaknya bisnis Pekerja Seks Komersial (PSK) yang umumnya tumbuh subur di daerah-daerah pariwisata.
Sang sutradara film, Amit Wirmani, mengaku membuat film tersebut lantaran terinspirasi oleh anak Bali yang bercita-cita menjadi seorang gigolo kelak kalau sudah dewasa. Pengakuan polos bocah bali ini membuat Amit prihatin.
"Kalau saya sudah besar nanti, saya mau memberi layanan seks untuk gadis Jepang," kata si bocah, seperti diceritakan Amit di situsnya seperti dikutip Senin (26/4/2010). Amit mengkritik bisnis esek-esek marak di Bali dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara yang memiliki keindahan alam, namun berpenduduk miskin. Inilah menurut Amit yang menyebabkan bisnis seks tumbuh subur di kawasan wisata.
Bagaimana pun, fenomena gigolo yang terjadi di Bali adalah realita. Boleh saja publik marah atas beredarnya film yang dianggap mencemarkan Bali. Tindakan tegas pemegang kebijakan pun dinantikan agar citra Bali sebagai Pulau Dewata tidak ternodai.
(anw/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini