"Sulit bagi PKS untuk mencitrakan bersih. Rata-rata, survei menunjukkan partai politik adalah lembaga terkorup di negara ini," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit kepada detikcom, Senin (12/4/2010).
Yang menjadi persoalan, menurut Arbi, orang-orang yang masuk dalam dunia politik adalah mereka-mereka yang mencari hidup atau meningkatkan penghidupan, pebisnis yang mencari kekuasaan, serta pengangguran-pengangguran intelektual yang tidak ada modalnya.
"Nah masalahnya juga, dalam seleksi untuk menjadi calon pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif, syarat kejujuran tidak ada indikator. Cuma berdasarkan pengakuan-pengakuan saja," terang politisi yang suka menguncir rambutnya tersebut.
Kondisi ini diperparah dengan sumber-sumber dana partai selama ini yang tidak jelas. Parpol lebih banyak bergantung pada individu-individu yang menyumbang partai. Mereka yang banyak menyumbang, bisa mendapat posisi terhormat di partai.
"Jadi PKS nggak bisa bersih sendiri. Bagaimana dia membersihkan diri di tengah situasi parpol yang semacam ini," ujarnya.
Arbi menambahkan, dunia perpolitikan nasional tak ubahnya seperti di dunia perpajakan tanah air. Sistem yang salah membuat peluang-peluang untuk melakukan korupsi sangat tinggi.
"Kayak di Pajak. Meski penghasilan karyawan ditingkatkan, tapi sistem bocor. Itu kan sistemnya yang kacau, tidak efektif. Ditambah lagi tidak ada pengawasan dari atas," jelasnya.
Sehingga, lanjut Arbi sekarang baru ketahuan tak cuma Gayus Tambunan saja. Melainkan para pegawai, dan mantan pegawai di Ditjen Pajak pun satu persatu mulai terkuak belangnya, dari Bahasjim Assifie dan kini juga Misbakhun.
"Ternyata PKS sama juga dengan partai-partai yang lain," pungkasnya.
(anw/fay)