"Djarum dan Marlboro di negara lain dijual ada gambarnya. Ini di negara beradab lain. Di Indonesia, peringatan kecil dan cepat sekali," ujar sosiolog dan aktivis antirokok Imam B Prasodjo sambil menunjukkan bungkus rokok yang dibelinya di luar negeri dan di Indonesia.
Imam mengatakan hal itu dalam dialog umum tentang rokok di Universitas Muhammadiyah Prof HAMKA (Uhamka), Jl Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (8/4/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bungkus rokok yang dijual di luar negeri memasang gambar dampak rokok seperti gigi yang penuh karang hitam, ditambah tulisan peringatan bahwa rokok dapat menyebabkan penyakit mulut. Ruang pesan peringatan itu bisa memenuhi 1 bagian penuh bungkus rokok. Ada juga yang memasang peringatan bolak-balik.
Sedangkan bungkus rokok yang dijual di Indonesia hanya memasang peringatan dalam kotak kecil. Hanya memakan 1/4 dari satu bagian bungkus rokok.
Sementara mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Kartono Mohamad mengatakan produsen rokok di Indonesia tidak mempunyai etika bisnis.
"Industri rokok di Indonesia ketika menjual ke Singapura, Malaysia, Thailand, Australia semua memakai gambar peringatan. Tapi di Indonesia tidak. Jadi menunjukkan mereka tidak punya etika bisnis," ujar Kartono.
Hal ini menunjukkan negara-negara itu ingin melindungi rakyatnya, dengan menerapkan aturan tegas tentang penjualan dan iklan rokok.
"Ini menunjukkan betapa negara-negara lain berusaha melindungi rakyatnya. Hanya republik Anda-anda ini yang tidak," timpal Imam sinis.
(nwk/anw)