Meski demikian, tidak semua kandidat rela larut dalam permainan politik uang tersebut. KH Maimun Zubair, contohnya. Kiai sepuh NU yang berasal dari Sarang, Jawa Tengah, mengakui dirinya siap dicalonkan sebagai Rais Aam meski tanpa dukungan dana kampanye yang memadai dan tim sukses yang melakukan pendekatan pada para muktamirin.
"Saya dicalonkan lillahi ta'ala, meskipun tanpa fulus dan tim sukses, tapi kalau muktamirin memilih saya itu lebih afdol," pungkas kiai yang akrab disapa Mbah Mun ini , saat ditemui detikcom di salah satu ruangan di arena Muktamar NU di Makassar, Sabtu (27/3/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika benar terjadi, Mbah Mun menyayangkan adanya permainan politik uang dalam muktamar kali ini. Ia menganggap permainan politik uang untuk seharusnya tidak perlu terjadi di kalangan warga NU.
Jika nanti ia terpilih sebagai Rais Aam, Mbah Mun berencana mengembalikan kejayaan NU sebagai sumber pencarian ilmu-ilmu agama bagi umat, seperti di tahun 1955, sebelum NU terjun ke dunia politik. "Yang utama adalah kembali ke khittah dan kembali memurnikan, murni yang mengandung keikhlasan, amal dan usaha," tandas Mbah Mun.
(mna/mad)