Ngontrak di Pamulang, Keponakan Dulmatin Pernah Diusir Warga

Ngontrak di Pamulang, Keponakan Dulmatin Pernah Diusir Warga

- detikNews
Jumat, 12 Mar 2010 09:27 WIB
Pamulang - Joko Pitono alias Dulmatin alias Yahya Ibrahim pernah mengontrak di kawasan Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan. Dia mengontrak selama 8 bulan. Dia juga membawa keponakannya bernama Marko dan mengontrak rumah di sampingnya. Namun, Marko pernah diusir warga.

Dulmatin mulai tinggal di RT 04/04 Pondok Benda pada bulan Mei 2009. Saat mengontrak, seperti warga lainnya, Dulmatin yang saat itu mengaku bernama Yahya Ibrahim menemui ketua RT setempat, Mawi. Tak ada warga yang curiga bahwa Yahya adalah Dulmatin, buron terorisme internasional.

Dia memberitahukan bahwa dirinya akan mengontrak rumah milik Karsana. Dia kemudian tinggal bersama seorang perempuan yang diakui sebagai istrinya dan seorang anak perempuan berumur dua tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada yang mengetahui nama istri Dulmatin. Warga juga tak pernah melihat wajahnya, karena perempuan itu mengenakan cadar. "Istrinya saya tidak tahu siapa namanya, tetangganya juga tidak tahu. Anaknya namanya Rumaisoh katanya," papar Mawi kepada detikcom.

Sekitar bulan Agustus 2009, Yahya kembali menemui Mawi. Kali ini, maksud kedatangannya untuk meminta izin tinggal bagi saudaranya yang ia perkenalkan bernama Marko. Rumah yang dikontrak Marko bersebelahan dengan rumah yang dikontrak Dulmatin.

"Saat itu, saya izinkan. Katanya Marko tinggal sama istrinya, Tari namanya," ujar Mawi. Sehari-hari Marko tampil berjenggot. Sedangkan Tari mengenakan cadar.

Nah, beberapa bulan kemudian, Karsana, pemilik rumah kontrakan, sering mendapatkan laporan dari warga sekitar bahwa Marko kerap melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Warga sering melihat Marko berhubungan badan dengan istrinya di tempat terbuka, seperti di ruang tamu.

"Dia diusir pak Karsana karena banyak warga yang lapor kalau Marko sering melakukan hubungan badan sama istrinya (Tari) di tempat terbuka," tambah Mawi. Entah benar atau tidak yang dituduhkan warga, akhirnya Karsana mengusirnya agar warga setempat tidak marah.

Setelah diusir Karsana, Marko kemudian pindah kontrakan ke Gang Madrasah, Jl Salak yang berjarak sekitar 500 meter dari kontrakan awal. Dulmatin pun kerap mengunjungi Marko di kontrakan barunya tersebut.

Hingga Jumat (12/3/2010), keberadaan Marko dan Tari masih misterius. Polisi masih mencari Marko, yang diduga terlibat dalam kasus terorisme. Marko dikabarkan kabur ke daerah Sumatera.

Dulmatin Juga Bermasalah


Selain Marko, Dulmatin juga pernah bermasalah. Menurut Mawi, Dulmatin pernah diprotes sejumlah warga karena menegur mereka yang kerap mabuk. "Setelah negur mereka, Yahya (Dulmatin) lapor ke tempat saya. Tapi, saya bilang itu bukan wilayah saya, karena sudah beda RT," tandas Mawi.

Mawi kemudian didatangi sejumlah warga yang tersinggung karena ditegur Dulmatin. Mereka mengaku tidak senang dengan perlakuan Dulmatin yang notabene adalah pendatang baru. "Mereka (Pemuda setempat) bilang, jangan ngurusin orang lain urus saja diri sendiri," tambahnya.

Meski demikian, dalam kejadian tersebut tidak terjadi saling adu jotos. Sejumlah warga dan Dulmatin berhasil didamaikan oleh Mawi dan beberapa warga.

Akhirnya, tak lama kemudian Dulmatin pindah kontrakan sekitar pertengahan Februari 2010. "16 Februari kalau tidak salah, pak Yahya pindah tapi saya tidak tahu ke mana," pungkas Mawi.

Sampai akhirnya, Rabu (11/3/2010) lalu, Mawi baru mengetahui bahwa ternyata Yahya adalah Dulmatin. Warga mengetahui setelah melihat foto pria yang tewas ditembak polisi di Warnet Multiplus Jalan Siliwangi, Pamulang Selasa (10/3/2010) lalu.
(her/asy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads