Anjungan ini memang sengaja digagas oleh TMII untuk mengakomodasi keragaman budaya tanah air. Sebab etnis Tionghoa tidak bisa dipisahkan lagi dengan sejarah bangsa Indonesia.
"Kalau untuk secara umum Tionghoa kan ikut berjuang, dan dalam bidang ekonomi peran mereka tidak bisa dipungkiri," kata Asmen Humas TMII Jerri Lahama, saat ditemui di kantornya, Rabu (24/2/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jerri, pembangunan anjungan bagi etnis asing yang sudah beralkulturasi dengan budaya Indonesia, tidak hanya untuk bangsa Tionghoa. Di masa yang akan datang, pembangunan anjungan bagi budaya Timur Tengah dan India segera dilakukan.
"Etnis-etnis yang ikut dan sudah pernah menjadi bagian dari Indonesia," lanjutnya.
Untuk persoalan dana, pengelola TMII menyerahkan sepenuhnya pembangunan anjungan pada paguyuban etnis tersebut. Seperti halnya etnis Tionghoa, dana berasal dari sumbangan berbagai paguyuban dan perkumpulan masyarakat Tionghoa di Indonesia maupun luar negeri.
Lalu apa saja nanti yang ada di anjungan Tionghoa?
Jika dilihat dari gambar rancangan bangunan, anjungan ini akan memiliki beragam simbol dan bentuk ciri khas Tionghoa. Beberapa bangunan yang sudah berdiri di lahan 4,5 hektar tersebut, di antaranya lapangan Plaza Persaudaraan, taman, Museum Cheng Ho dan miniatur pecinan.
Namun, hingga saat ini belum bisa dipastikan kapan anjungan ini akan selesai pembangunannya. Pihak pengelola mengaku masih kesulitan dalam pengumpulan dana.
"Luasnya 4,5 hektar. Kami masih mengumpulkan dana dari donatur. Jadi belum pasti selesainya kapan," ujar Yati, pengelola anjungan Tionghoa.
(mad/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini