Tak hanya itu, perut korban terbelah dengan pisau bergerigi serta lima tusukan di bagian tubuh lainnya. Mayat masih panas, belum sampai 30 menit di bunuh. Inggris pun dicekam rasa takut.
3 hari sebelum terbunuhnya Marry, Marta Tabram yang juga pelacur, ditemukan
tewas di George Yard Buildings, Whitechapel dengan 39 kali tusukan di leher dan kemaluan. Sepekan setelah kematian Mary, Annie Chapmann di temukan tewas di Rear Yard at 29 Hanbury Street, Spitalfields.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut situs resmi polisi metropolitan London, www.met.police.uk, total korban adalah 11 orang, dibunuh beruntun sejak 3 April 1888 hingga 13 Februari 1891. Tak ada jejak, dengan cara membunuh acak, tak meninggalkan pola.
Setelah 122 tahun berlalu, polisi Inggris tak bisa mengungkap siapa pelaku pembunuhan spesialis wanita tuna susila tersebut. Satu-satunya identitas adalah surat-surat yang dikirimkan ke media dan polisi, dengan inisial Jack the Ripper. Salah satu kalimat dalam surat kaleng tersebut adalah "They say I'm a doctor."
Akibat tak terungkap, spekulasi pun menyelimutnya. Dari sudut ilmiah kriminologi, menyebutkan kasus ini adalah fakta perubahan masyarakat sosial (agraris menuju industri) yang selalu memunculkan tipe kejahatan baru. Kemudian ada lagi pandangan rasis yang menyebutkan orang Yahudilah yang bertanggung jawab. Lalu ada juga, pelaku adalah laki-laki yang dendam karena dilukai dan disakiti oleh pelacur. Hingga aroma magis dan mistik karena mayat ditemukan masyarakat tidak lebih dari 2 jam setelah korban dibunuh tanpa menghilangkan jejak berarti.
Lain Inggris, lain pula Indonesia. Baekuni alias Babe (49) kini siap menghadapi hukuman mati atas pembunuhan 14 anak jalanan. Beberapa di antaranya dimutilasi dari 1996 hingga 2010. "Mungkin pekan depan sudah bisa kita limpahkan ke Kejaksaan Tinggi DKI," kata Kasat Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Nico Afinta saat dihubungi wartawan,kemarin, Selasa (23/2/2010).
(asp/mok)