Tiga faktor penting ini disampaikan BJ Habibie saat berpidato seusai penganugerahan gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari Universitas Indonesia (UI) dalam bidang filsafat teknologi di Balairung, Kampus UI, Depok, Sabtu (30/1/2010).
Pidato Habibie diawali dengan kekaguman Habibie terhadap UI yang memberikan Dr HC bidang filsafat kepada teknolog semacam dirinya. Habibie pun menyinggung tentang pemikiran filsafat yang kemudian menghasilkan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan berpikir dalam segala aspek kehidupan, baik politik, sosial, keamanan, lingkungan, dan kebudayaan. "Bersatunya filsafat dan teknologi bisa berakibat positif, bisa juga negatif," kata dia. Teknologi, kata dia, dihasilkan dari hasil riset yang terus menerus.Β Β
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pidatonya, Habibie juga menyinggung tentang perubahan-perubahan yang akan terus berlangsung sepanjag masa dan tidak akan berhenti, termasuk teknologi. Untuk menghadapi perubahan-perubahan ini, Indonesia harus memiliki SDM yang unggul.
"Untuk dapat terwujudnya keunggulan SDM, dibutuhkan masyarakat yang merdeka, bebas dan bertanggung jawab," kata dia. SDM Indonesia harus bisa meningkatkan nilai suatu produk dengan memperhatikan pasar domestik dan internasional, berkualitas, dan memiliki daya saing. "Ini bisa dicapai kalau teknologi yang diterapkan adalah teknologi tepat guna," ungkap mantan Menristek itu.Β
Dalam dunia yang mengalami perubahan-perubahan begitu cepat, lanjut Habibie, akan terjadi saling ketergantungan di antara bangsa-bangsa, sekaligus persaingan. "Hanya masyarakat yang memiliki produkvitas dan daya saing tinggi dan mempertahankan teknologi yang bisa menang," lanjut Habibie.
Bagi Habibie, teknologi merupakan rangkungan dari disiplin ilmu terapan. Sedangkan ilmu pengetahuan terapan harus terus dikembangkan.
"Bagi Indonesia, dengan mempertimbangkan terbatasnya anggaran dan prasarana pengembangan riset dan teknologi dan terkendala peneliti, teknologi tepat guna bisa didapatkan dengan melakukan kerja sama dengan mitra luar negeri yang saling menguntungkan," jelas Habibie.
"Tetapi, apabila kerja sama tidak bisa dilakukan, maka riset harus dilakukan sendiri," sambung pakar pesawat terbang ini.Β
Pendidikan, kata Habibie, merupakan syarat awal yang harus dipenuhi untuk mendapat SDM yang handal. "Tapi, kalau hanya itu belum bisa menumbuhkan SDM handal. Ada dua faktor lain, yaitu pelaksanaan dan pengembangan riset yang berkesinambungan dan penyediaaan lapangan kerja," tegas Habibie.
Tiga faktor pembentuk SDM handal inilah, kata Habibie, yang akan bisa mengakomodir kebutuhan pasar domestik dan internasional. "Karena itu ini harus dilakukan secara simultan atau paralel, yaitu pendidikan, pelaksanaan riset dan teknologi, dan penyediaan lapangan kerja," kata Habibie.
Habibie berharap para mahasiswa dan peneliti yang saat sedang menyelesaikan studi S2 dan S3 diberi lapangan pekerjaan yang memadai. "Dengan demikian, akan terbentuk pengembangan-pengembangan pribadi dan produktif," ujar Habibie yang disambut tepuk tangan.
Penganugerahan Dr HC untuk Habibie dilakukan berbarengan dengan wisuda UI 2010. Tampak hadir dalam acara ini para guru besar UI, mantan Menneg BUMN Sofyan Djalil, Prof Dr Emil Salim, dan istri Habibie, Ny Hasri Ainun Habibie.
(asy/gah)