Pantauan detikcom, Senin (25/1/2010), warga menggunakan baju maupun kaos serba hitam dengan pita merah di tangan kiri sebagai simbol perlawanan.
Aksi ini lebih solid dibanding Jumat pekan lalu. Sebab, hingga pukul 08.15 WIB, seluruh kalangan baik orang tua, pemuda, ibu-ibu dan anak-anak sudah menyemut di salah satu tanah kosong yang berada di kompleks.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut warga, perumahan mereka bukanlah rumah dinas atau pun rumah ksatrian pada umumnya. Mereka menempati perumahan tersebut karena digusur dari Gambir, Jakarta Pusat, pada era 1960-an.
"Jadi kami pindah karena rumah kami dulu buat proyek Monas. Kami mencari tanah kosong di sini. Kami bangun, kami uruk rawa dan ini atas inisiatif sendiri, bukan rumah dinas," kata satu warga, Sutrisno.
Selain tenda yang dihiasi foto-foto pendahulu, spanduk penolakan penggusuran jauh lebih banyak dari aksi sebelumnya. Sedikitnya, 10 spanduk yang ditulisi dengan cat berwarna merah sudah dibentangkan di tiap sudut perumahan. Spanduk tersebut antara lain bertuliskan "Tempat Kami Perumahan Bukan Pangkalan" dan "Bersatu atau Mati".
Akibat aksi ini, arus lalu lintas dari Halim Perdanakusumah menuju Cililitan tersendat, karena pendemo yang seliwar-seliwer di jalan. Rencananya, eksekusi perumahan itu akan dilakukan Kodam Jaya pada pukul 09.00 WIB.
(Ari/irw)