Dalam bedah buku tentang dirinya, yang berjudul 'Mereka Bicara JK' di Wisma Kalla, Jl Ratulangi, Makassar (18/1/2010), JK membagi pengetahuannya tentang penyelesaian konflik di depan sekitar tujuh ratus orang yang hadir dari berbagai kalangan itu.
ย
Dalam menyelesaikan konflik RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), JK sengaja memilih tempat yang netral untuk berunding dengan perwakilan GAM yang berpusat di Swedia. JK pun memilih berunding di salah satu kafe di Amsterdam, Belanda. Kesannya, pihak GAM tidak berani berbuat macam-macam di tempat keramaian dan bukan di wilayahnya.
Dalam perundingan itu, JK memulai pembicaraan dengan kisah masa lalu bangsa Aceh di abad 15 yang pernah dipimpin oleh Sultan Ismail yang berasal dari tanah Bugis. Setelah menyinggung sejarah masa lalu Aceh dengan orang Bugis, JK langsung memaksa orang tersebut agar GAM mau berdamai dengan pemerintah Indonesia. Kalau tidak mau berdamai, JK terang-terangan mengajak GAM untuk berperang, sebab kunci perundingan bagi JK adalah tidak boleh menampakkan rasa takut di depan lawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika itu mereka tidak mau bicara baik-baik dengan saya, langsung saya ajak orang-orang GAM itu untuk berperang, kalau perlu kita tetapkan 100 tahun, saya suruh mereka jangan menyesal karena pasti mereka kalah dan orang-orang Aceh bisa habis, akhirnya mereka mau berdamai," tutur JK.
Ketika mendamaikan konfliks SARA di Poso, lain lagi cerita JK. Ketika itu ia melakukan pendekatan surga neraka di depan ribuan umat Islam Poso yang ketika itu terlibat konflik yang menelan korban ratusan jiwa.
Di depan ribuan umat Islam yang sangat gampang tersulut emosi, JK langsung mengancam semua orang yang terlibat dalam peperangan akan masuk neraka, karena saling membantai antar manusia itu, menurut JK ketika itu, tidak diajarkan oleh agama Islam yang cinta damai.ย
Sedangkan bagi kubu umat Nasrani, JK langsung mendatangi tokoh sentralnya yang paling disegani di Poso, yakni Pendeta Damanik. Ketika mempertemukan kedua kubu, JK mengancam jika kedua kubu yang bertikai tidak mau berdamai, JK meminta agar kedua kubu tersebut melanjutkan saja peperangannya sampai tidak ada satu pun orang tersisa agar konflik cepat selesai.
Bahkan jika perlu, JK berjanji akan menyumbangkan ribuan butir peluru bagi mereka ketika itu. Padahal, tidak sebutir peluru pun yang JK bawa dari Jakarta ke Poso. "Ketika itu, nyawa tidak ada artinya di Poso, karena kita berani mereka jadinya takut juga dengan saya dan akhirnya berdamai," pungkas JK.
(mna/lrn)