"Sebab disampaikan dalam konteks waktu dan tempat yang tidak tepat," jawab Ketua Dewan Kesenian Makassar (DKM) AM Mochtar kepada detikcom, Jumat (15/1/2010).
Budayawan ini kemudian memaparkan posisi sebutan 'Daeng' dalam konteks budaya Bugis yang merupakan etnis asal Kalla. Arti kata 'Daeng' sama dengan 'Kangmas' dalam bahasa Jawa atau 'Abang' dalam bahasa Betawi, yakni panggilan akrab bermakna penghormatan dan penghargaan kepada orang yang lebih dituakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
bangsawan," tutur Mochtar.
Namun diingatkannya pengguna dan penggunaannya tidak boleh sembarangan. Penggunanya adalah orang-orang yang punya hubungan sangat dekat atau kekeluargaan dengan orang lawan bicaranya dan penggunannya sebatas dalam forum bersifat non-formal. Bila dua ketetuan ini dilanggar, kata 'Daeng' jadi bermakna ejekan.
"Yang semalam di DPR itu kan forum intelektual dan formal, Ruhut Sitompul juga bukan kerabat Pak JK. Oleh karena itu penyebutan kata Daeng menjadi tidak tepat dan konotasinya merendahkan, maka wajar ada yang tersinggung," sambung dramawan dan penulis naskah senior ini.
Jadi hanya kerabat dekat JK saja yang berhak memanggilnya Daeng Ucu?
"Oh tidak, semua bisa. Tetapi dalam pembicaraan lingkup kecil dan suasana yang cair, misalnya ngobrol santai berdua. Jadi bukan dalam forum serius yang disaksikan banyak orang dan tidak untuk bercanda," jelas Mochtar.
(lh/nwk)