Terlalu Banyak Hambatan, Kereta Supercepat Belum Perlu di Indonesia

Terlalu Banyak Hambatan, Kereta Supercepat Belum Perlu di Indonesia

- detikNews
Kamis, 07 Jan 2010 08:44 WIB
Jakarta - Indonesia tidak lama lagi akan memiliki kereta api supercepat, mengambil rute Bandara Soekarno-Hatta-Jakarta-Cirebon-Bandung sepanjang 357 km. Namun kehadiran teknologi canggih seperti itu dirasa belum terlalu perlu dimiliki Indonesia.

"Saya rasa belum terlalu perlulah untuk sekarang ini," kata pengamat transportasi Agus Pambagio saat dihubungi, Kamis (7/1/2010).

Agus memprediksi terlalu banyak hambatan yang bakal dihadapi jika Indonesia ngotot membangun kereta api ini. Bantalan rel yang sudah ada di lintasan dipastikan harus diganti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang sekarang kecepatan tertinggi 120 km/jam. Itu pun dengan catatan tidak ada baut yang dicuri," kata Agus.

Pembebasan lahan harus segera dilakukan untuk membangun rel yang baru. Dan menurut Agus, ini bukanlah persoalan yang mudah.

Selain itu, Agus juga memprediksi tarif yang akan dikenakan sangat mahal. Ia berharap pemerintah lebih dulu memperhatikan infrastruktur transportasi lebih dulu dibandingkan membangun kereta api.

"Infrastruktur kita dululah yang dipenuhi," tegasnya.

Megaproyek kereta api supercepat itu 100 persen penanaman modal asing. Memorandum of Agreement (MoA) telah diteken di Los Angeles.

15 Perusahaan asing membentuk konsorsium dan menandatangani MoA proyek kereta api supercepat yang dinamai Hydrogen Hi-Speed Rail Super Highway (H2RSH) senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 30 triliun. Kereta supercepat ini akan mengalahkan kecepatan dan kecanggihan shinkansen, bullet train dari Jepang, maupun kereta supercepat di Paris, Prancis.

Moda transportasi modern ini akan beroperasi dan memberi keuntungan/keunggulan jika dibandingkan dengan moda generasi sebelumnya seperti shinkansen (bullet train dari Jepang). Keuntungan tersebut antara lain terkait biaya konstruksi yang lebih murah (US$ 10 juta/mil sedangkan moda konvensional sampai US$ 36 juta/mil), break event point diperkirakan hanya 2 tahun sedangkan moda konvensional sekitar 50 tahun, berbeda dengan moda konvensional yang hanya mengangkut orang moda transportasi baru tersebut juga dapat dipergunakan untuk mengangkut barang (freights dan automobiles)

H2RSH juga memberikan alternatif transportasi yang efektif mengingat dapat beroperasi pada kecepatan yang lebih cepat sehingga diperkirakan dapat menghemat waktu ke tempat tujuan. Selain itu, H2RSH memberikan kentungan ekonomis dikarenakan selain berfungsi sebagai moda transportasi dapat menghasilkan energi yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan energi daerah tertentu, seperti tenaga listrik, air bersih, dan lain-lain.

(mok/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads