Lima orang itu adalah Mukiran (40), warga Tidar, Kota Magelang, Sugianto (35) warga Desa Gebang, Kabupaten Purworejo, Triwahono (42) warga Desa Banyu Urip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Marwanto (40) warga Sabrang, Danurejo, Kabupaten Magelang, dan Ngundori (33) warga Kajoran, Kabupaten Magelang.
Sehari-hari kelimanya berprofesi sebagai pemijat di sekitar areal arung jeram Sungai Elo. Pasiennya kebanyakan adalah orang-orang yang kelelahan setelah ikut olah raga alam itu.
"Kami sering dengar katanya rafting itu seru. Kami jadi penasaran dan nekat ikutan," kata Marwoto, Selasa (17/11/2009).Β Β Β
Komentar Sugianto lain lagi. Pria yang juga berprofesi sebagai guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) Muhammadiyah Purworejo ini mengaku sengaja membolos mengajar untuk ikut rafting bersama teman-temannya.
"Saya akan ceritakan kepada murid-murid saya di SLB bahwa tidak ada halangan apapun bagi tunanetra untuk melakukan aktifitas olahraga menantang ini," tegas Sugiyanto.
Saat melakukan aksinya, kelimanya dipandu Idris (43), pemilik Jogja Rafting. Menurut Idris, dirinya tidak memungut biaya sepeserpun kepada kelima tunanetra ini.
"Kami menurunkan dua perahu. Satu perahu untuk kelima tunanetra ditemani dua orang navigator, dan satu perahu untuk lima orang tim SAR sebagai antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ungkap Idris.
Pantauan detikcom, tidak ada pun sedikit rasa takut pada kelima tunanetra tersebut saat memulai aksinya. Sebaliknya, mereka malah berulangkali tertawa. Mereka hanya terlihat sedikit tegang saat melintas beberapa jeram, di antaranya Jeram Keriting dan Jeram Tengah, sekitar 3 kilometer dari tempat start.
"Ini bukti bahwa cacat tidak menghalangi kami melakukan olahraga arung jeram yang penuh tantangan," teriak Marwanto usai beraksi.
(djo/djo)