Lagi, TKI Asal Jawa Tengah Disiksa di Malayasia

Lagi, TKI Asal Jawa Tengah Disiksa di Malayasia

- detikNews
Minggu, 15 Nov 2009 00:30 WIB
Pontianak - Malang nasib 12 tenaga kerja Indonesia (TKI) ini. Mereka harus pulang dengan tangan kosong. Harapan untuk mendapatkan ringgit pupus sudah.

Padahal mereka harus membayar Rp 2 juta per orang untuk menjadi pekerja kebun kelapa sawit di Kuala Paku, Malaysia. Sebelum berangkat mereka diimingi-imingi dengan upah yang cukup besar, RM 1.500 per bulan atau sekitar Rp 4 juta.

Dua hari melakukan perjalanan kabur dari Kuala Paku Malaysia, 12 TKI asal Kudus, Jawa Tengah itu hanya mengonsumsi dedaunan selama di hutan. Mereka menilai, bekerja di negeri jiran lebih banyak menderita ketimbang mendapatkan hasil yang dijanjikan sang agen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka diantaranya, Neila (25), Moh Mujiono (34), Wintoyo (36), Solikin, Muhammad Kholik, dan Turimin. Sebagian besar mereka hanya memiliki pendidikan SLTP dan SMA ataupun sederajat.

"Gaji kami habis dipotong agen. Kotor dalam sebulan kami hanya bisa terima RM 300, itu belum dipotong hutang makan RM 200 per bulan. Jadi kami hanya bisa mendapatkan gaji bersih RM 100 per bulan," ujar Mujiono saat ditemui di Kantor Yayasan Nanda Dian Nusantara Pontianak, Sabtu (14/11/2009) malam.

Mujiono menuturkan, di kampung halamannya Desa Jekulo RT 03 RW 08, Kudus Jawa Tengah, dirinya bekerja serabutan. Dalam sebulan ia bisa memperoleh penghasilan Rp 1 juta. Lantaran tidak puas dengan kondisinya, pria lajang ini memutuskan bekerja ke Malaysia.

"Sebelum berangkat, saya berhutang pada tetangga sebesar Rp 2 juta untuk bayar agen guna mengurus keberangkatan. Namun, saat bekerja di sana kami lebih banyak kerja rodinya," katanya.

Hal serupa juga diutarakan Wintoyo (36). Pria beranak satu ini rela melepas pekerjaannya sebagai pegawai bengkel dengan gaji Rp 1,2 juta per bulan demi mewujudkan impiannya sesuai iming-iming agen.

Wintoyo menuturkan, selama kabur yang dimulai Selasa (10/11/2009) sekitar pukul 22:00 waktu Malaysia lalu, ia dan 11 temannya melintasi hutan serta gunung untuk tiba di Indonesia. Dalam perjalanan mereka hanya membawa pakaian dan bekal air seadanya.

"Kalau lapar kami selalu makan dedaunan yang kami anggap tidak berbahaya," tuturnya.

Kamis (11/11/2009) mereka tiba di Sungai Kantu Kapupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Di sana mereka tiga kali menyewa mobil menggunakan sisa gaji yang mereka punya. Akhirnya mereka tiba di Badau. Dari sana mereka menumpang truk untuk tiba di Pontianak.

"Selama perjalanan Neila kami gendong bergantian, lantaran kakinya bengkak dan bernanah dipukuli majikan saat bekerja di Malaysia. Bos kami bekerja tidak mau mengobati," kata Wintoyo.

Jumat (13/11/2009) pukul 21.00 WIB mereka tiba di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Mereka menginap di sana, dan pada akhirnya diserahkan ke Yayasan Nanda Dian Nusantara Pontianak.

"Kami akan segera memulangkan mereka, dan kini surat-suratnya masih dalam proses. Kalau tidak berhalangan malam ini mereka langsung kita pulangkan ke alamat masing-masing," ujar humas Yayasan Nanda Dian Nusantara, Wahyu, kepada detikcom.

Ia mengatakan sejauh ini terdapat 205 kasus perdagangan manusia dari Malaysia. Sebagian besar korban berasal dari pulau Jawa, dan memiliki pendidikan mayoritas sekolah dasar. (sho/sho)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads