"Kalau otot dan temboknya saya kira sudah memenuhi syarat untuk tembok setinggi itu. Tapi sebelum ambruk memang angin bertiup cukup kencang dan tembok di sisi timur yang sedang dikerjakan memang belum benar-benar kering," ujar Paiman di lokasi.
Koordinator Lapangan dari PT Primagraha sebagai kontraktor, Martina, juga mengatakan pihaknya mengerjakan perluasan pabrik tekstil tersebut sesuai prosedur dan persyaratan bangunan.
"Tapi kami siap bertanggung jawab atas kejadian tersebut, terutama kepada pihak Tyfountex karena belum serah terima bangunan. Tanggung jawab masih ada pada kami selaku kontraktor. Pembangunan ini dimulai sejak dua bulan lalu, rencana selesai akhir tahun ini," kata Martina.
Kapolres Sukoharjo, AKBP Aan Suhanan, juga mengatakan tidak satupun orang yang ditahan terkait peristiwa itu. Dia mengaku masih memeriksa banyak pihak untuk mendapatkan kepastian penyebab ambruknya bangunan. Namun sejauh ini, kata dia, belum ditemukan tanda-tanda adanya unsur kelalaian.
Dalam peristiwa tersebut enam orang meninggal seketika. Mereka adalah Haris Sudiman (warga Wonosari, Klaten), Sumarno (Juwiring, Klaten), Muslihin (Tegal), Mul Ngadirin, Sukiyo, dan satu korban lagi belum diketahui namanya.
Sedangkan korban luka berat adalah Wiji Widodo, Slamet Wiyono, Parsudi, Sugeng Riyanto, Wiyono, Abdul Aziz, Achmad Muslim dan seorang lainnya belum diketahui namanya.
(mbr/djo)