"Polisi tidak berbuat salah. Sudah melukan tugas dengan baik. Tapi bisa pakai gas air mata dan menghindari penggunaan peluru," kata peneliti terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie kepada detikcom, Senin (12/10/2009).
Taufik mengatakan, dengan tewasnya sejumlah teroris yang punya peranan penting dalam ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, justru merugikan publik. Publik tidak mengetahui secara gamblang lewat pengadilan bagaimana ledakan bom Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton dari versi teroris.
"Publik dirugikan karena seluruh tersangka tewas. Publik seharusnya bisa mengetahui prosesnya lewatnya pengadilan. Kalau ditangkap ada semacam upaya untuk memberikan penjelasan," ujarnya.
Menurut Taufik, seluruh masyarakat Indonesia harus selalu waspada. Kematian para teroris bisa mengakibatkan dendam dari orang-orang yang sudah ditanamkan ide-ide kekerasan oleh jaringan Noordin. Bahkan anak-anak para teroris yang tewas bisa melanjutkan 'perjuangan' orang tuanya.
"Memang selalu waspada. Kecenderungan itu selalu ada (balas dendam). Tidak bisa dipungkiri mereka punya anak yang kelak punya pemahaman ayahnya," imbuhnya.
Namun meski begitu, lanjut Taufik, kalaupun ada balas dendam dari anak-anak teroris, hal itu dilakukan dalam jangka waktu panjang. Begitu juga dengan orang-orang yang berada di dalam jaringan Noordin.
"Kelompok ini apakah bisa berbuat regenerasi dengan cepat atau tidak. Harus dicermati," tuturnya.
(gus/iy)