Warga Yogya Demo Pro Penetapan Gubernur, Tolak Referendum

Warga Yogya Demo Pro Penetapan Gubernur, Tolak Referendum

- detikNews
Sabtu, 10 Okt 2009 14:28 WIB
Yogya - Ratusan warga Paguyuban Tritunggal Yogyakarta menggelar aksi demo keprihatinan molornya pembahasan Rancangan Undang Undang Kesitimewaan (RUUK)
Yogyakarta. Mereka menyatakan mendukung adanya penetapan jabatan gubernur dan wakil gubernur serta menolak referendum.

Aksi itu digelar di titik nol kilometer Yogyakarta di simpang empat kantor Pos Besar Yogyakarta, Jl Senopati mulai pukul 11.00 WIB, Sabtu (10/10/2009). Dalam aksi itu sebagian besar anggota Paguyuban Tritunggal yang datang dari berbagai pelosok di DIY mengenakan pakaian adat Jawa.

Layaknya sebuah demo, para peserta aksi juga membentang poster dan spanduk. Beberapa poster di antaranya bertuliskan 'demokrasi bukan cermin reformasi/alat
kekuasaan, pro penetapan, tolak segala bentuk pemilihan, tolak gagasan referendum, referendum adalah mesin kebencian dan perpecahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat aksi berlangsung beberapa orang menggelar poster dan spanduk di sisi timur simpang empat atau di depan Monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949. Sebuah panggung untuk para penabuh gamelan didirikan di salah satu sudut lainya.

Di belakang panggung terpasang poster besar bertuliskan "Rakyat Butuh Pisowanan  Agung Segera". Sedang para peserta aksi berdiri di sekitar trotoar yang ada di dekat kawasan itu.

Koordinator aksi, Romo Sapto Raharjo dalam orasinya menyatakan pihaknya merasa prihatin atas berlarut-larutnya serta tidak adanya kejelasan arah pembahasan
RUUK Yogyakarta. Pihaknya juga mendukung adanya penetapan, namun menolak referendum.

"Referendum itu substansinya juga pemilihan, kami tidak setuju adanya pemilihan. Ini hanya bentuk politik pecah belah oleh segelintir orang. Kami tidak ingin masyarakat Yogyakarta jadi terpecah," kata Sapto Raharjo.

Menurut dia, bila Yogyakarta ada referendum berarti DIY sudah tidak istimewa lagi. Bila referendum maupun pemilihan dipaksakan tetap ada di Yogyakarta rakyat akan terpecah belah.

"Lagi pula masyarakat Yogyakarta itu tidak tahu apa itu arti dan maknanya referendum. Mereka itu tidak tahu apa-apa. Ini hanya ulah beberapa pihak saja,"
ungkap Sapto bersama Hendro Pleret sambil menanyai beberapa peserta yang sebagian besar masyarakat pedesaan dan berumur sudah tua.

Usai berorasi, peserta aksi juga disuguhi tarian Lawung Ageng karya Sri Sultan Hamengku Buwono I. Tarian itu menggambarkan atraksi latihan peperangan yang
diselipi bumbu perjudian oleh beberapa orang yang menjadi botoh. Tarian ini untuk mengingatkan bila Provinsi Yogyakarta saat ini menjadi ajang perjudian
politik banyak pihak.

Aksi yang berakhir hingga pukul 12.30 WIB itu berlangsung dengan tertib dan aman. Puluhan aparat Poltabes Yogyakarta juga tampak sibuk mengamankan jalannya aksi agar arus lalu-lintas tidak macet.

(bgs/iy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads