"Kita bikin semacam gentleman agreement," kata Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Toriq Hadad saat dihubungi detikcom, Rabu (7/10/2009).
Penandatanganan kesepakatan antara Tempo, Goenawan dan Tomy diawali acara makan malam bersama di Hotel Borobudur, Jakpus, Selasa (6/10) malam. Hadir pula beberapa petinggi media seperti Karni Ilyas, Elman Saragih dan pengusaha Eric Thohir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga, para pihak sepakat tidak akan mengeluarkan isi putusan yang sudah diputus, "Apa pun isi putusan di setiap tingkatan pengadilan."
Keempat, para pihak tidak akan melakukan tindakan hukum lagi dan putusan kasasi MA tidak akan dieksekusi.
"Kelima perjanjian ini menghormati posisi masing-masing dan menghormati kebebasan pers," ujarnya.
Kasus hukum para pihak ini bermula dari gugatan Tomy terhadap Goenawan Mohamad dan PT Tempo Inti Media Harian (Koran Tempo) pada 2003. Tomy menggugat atas pencemaran nama baik atas pernyataan Goenawan "Ini untuk menjaga agar RI jangan jatuh ke tangan preman" yang dimuat di Koran Tempo 12 dan 13 Maret 2009.
Dalam perkara itu, hingga tingkat kasasi, Mahkamah Agung pada Agustus lalu
menolak permohonan Goenawan dan Tempo. MA mengharuskan Goenawan dan Tempo meminta maaf melalui beberapa media massa.
Awalnya Bandara
Toriq bercerita, ide berdamai dengan Tomy Winata berawal saat kuasa hukum Tempo Todung Mulya Lubis tak sengaja bertemu dengan Tomy di bandara. Dalam kesempatan itu, Tomy mengaku tidak lagi menganggap kasus dengan Tempo sebagai suatu masalah.
Toriq mengatakan, hal yang sama juga dikatakan Tomy saat diwawancarai wartawan Tempo terkait kasus tersebut.
"Saya sudah lupa, nggak ada masalah," tutur Tomy ditirukan Toriq. Atas sikap 'lunak' Tomy tersebut, akhirnya kesepakatan itu terealisasi.
Saat ditanya apakah Tempo tetap teguh dengan isi pemberitaan meski sudah berdamai, Toriq menjawab "Kita menganggap 6 tahun konteks keadaan sudah berubah dengan cepatnya. Kalau ada keinginan baik untuk menutup satu bab hubungan Tomy dengan Tempo, kita tutuplah."
Terkait pernyataan Goenawan Muhammad yang pernah mengatakan 'Jangan sampai Republik Indonesia jatuh ke tangan preman' Toriq enggan mengomentari lebih jauh.
"Lebih baik tanya ke Pak GM," pungkasnya. (lrn/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini