"Saya ketika gempa itu dalam kamar dan untungnya berlindung di bawah meja yang ada TV-nya," cerita Dwi saat ditemui detikcom di RS Djamil, Padang, Kamis (1/10/2009) malam.
Dwi menceritakan, keberadaan dirinya di hotel tersebut lantaran sedang mengisi sebuah seminar. Seharusnya, pukul 16.00 WIB sore seharusnya dia memebrikan pelatihan hingga pukul 18.00 WIB di ruang seminar di lantai 2 hotel lawas tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, saat berada di kamar itulah tiba-tiba terjadi gempa yang dahsyat. Dwi menyaksikan sendiri ruangan yang dia tempati amblas, namun untungnya reruntuhan beton membentuk garis miring, tidak langsung amblas.
"Bangunan ambruk posisinya miring untungnya. Saya berusaha keluar, dorong-dorong setiap beton sendiri dari pukul 17.00 WIB baru bisa keluar pukul 19.00 WIB," ujar pria paruh baya ini.
"Setelah pukul 19.00 WIB saya menemukan cahaya kecil yang bisa membuat saya keluar. Saya bisa keluar dan meminta pertolongan," imbuhnya.
Namun Dwi prihatin, rekan kerjanya sesama pejabat DKP dari Jakarta yang menginap di kamar sebelahnya, Azrina, belum diketahui nasibnya hingga sekarang.
"Saya khawatir tidak bisa diselamatkan karena posisi jatuhnya tembok di kamarnya Bu Azrina itu vertikal, dan saya nggak yakin beliau bisa mendorong batang beton seberat kemarin," sesal Dwi sembari berharap Azrina masih bisa diselamatkan.
Dwi menambahkan, ada 30 peserta dalam seminar yang diisi oleh Dwi. Yang berhasil dievakuasi berjumlah 12 orang. Dari 12 tersebut yang hidup 2 cuma orang. "Dan tambah saya," pungkasnya.
(anw/anw)