Insiden memalukan ini terjadi dalam rapat kerja Komisi I DPR dengan Menteri Pertahanan (Menhan) yang membahas RUU Rahasia Negara di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (16/9/2009).
Setelah Menhan Juwono Sudarsono resmi menarik RUU Rahasia Negara dari DPR, setiap anggota Komisi I DPR diberikan kesempatan menyampaikan pendapatnya.
Ali Mochtar Ngabalin dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi menyentil tindakan pemerintah SBY yang terkesan plin plan.
"Apresiasi saya atas mencla-menclenya presiden. Tunjukkan kepada saya yang mana yang diragukan dari sebuah negara yang besar ini. SBY pernah mengatakan bahwa negara harus kuat, tidak boleh dikalahkan oleh kepentingan apa pun. Sekarang, dia dikalahkan oleh 70 orang," kata Ngabalin berapi-api dan menunjuk-nunjukkan jarinya.
Ngabalin menilai sikap pemerintah yang plin plan sebagai sesuatu yang menjijikkan.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat Syarif Hasan tidak terima pada omongan Ngabalin yang dinilainya kasar.
"Saya menyesali dan tidak menerima ada kata-kata yang tidak sopan dalam rapat yang seperti ini, apalagi ditujukan kepada Presiden. Ini sungguh tidak beradab," kata Syarif.
Tidak terima komentar Syarif, Ngabalin lalu berdiri dari tempat duduknya. "Anda hanya boleh menyatakan pendapat Anda. Tidak boleh mengomentari pendapat orang lain!" kata Ngabalin sambil menggebrak meja. Braak!
"Lebih baik usir dia!" balas Syarif yang merupakan salah satu calon kuat Ketua DPR ini.
Ngabalin lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan sambil terus ngedumel mendekati Syarif.
Pria yang kerap mengenakan sorban di kepalanya ini bahkan sempat hendak menarik kerah baju Syarif. Tidak mau kalah, Syarif juga memasang kuda-kuda untuk menangkisnya.
Beruntung, Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga turun tangan melerai anak buahnya itu. Suasana pun mereda.
Kini, giliran anggota Komisi I DPR dari FPDIP Tjahjo Kumolo diberi kesempatan untuk bicara. "Kita harus menghargai setiap pandangan fraksi-fraksi," kata Tjahjo bijak.
(aan/nrl)