"Saya kira ini menunjukkan betapa sensitifnya kawasan Arktik terhadap perubahan iklim...dan kawasan ini merupakan tempat kita bisa melihat apa yang terjadi dengan sistem (iklim) dan akan bagaimana tempat lain di bumi nantinya," kata ilmuwan US National Center for Atmospheric Research, David Shneider, seperti dilaporkan Reuters, Kamis (3/9/2009).
Pendinginan besar-besaran kawasan Arktik dimulai sejak 7 ribu tahun lalu. Puncaknya adalah pada 'Era Es Kecil' yang berlangsung pada abad 16 hingga pertengahan 19 menyusul dimulainya Revolusi Industri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seharusnya kecenderungan pendinginan ini terus berlanjut selama abad 20 dan 21 dan seterusnya. Namun hasil penelitian terakhir menunjukkan kecenderungan itu tidak berlanjut. Alih-alih turun, suhu di kawasan itu justru naik 3 derajat Fahrenheit atau 1,66 derajat celcius.
"Jika bukan karena gas rumah kaca buatan manusia, suhu musim panas di Arktik pasti masih terus menurun secara bertahap selama seabad terakhir," kata ilmuwan lain, Bette Otto-Bliesner.
Apa yang terjadi di Arktik tidak berhenti sampai di sini. Arktik merupakan salah satu pendingin udara (AC) bumi terbesar. Jika es di kawasan ini mencair saat musim panas, airnya akan berwarna gelap dan menyerap sinar matahari alih-alih memantulkannya. Implikasinya, efek pemanasan akan makin meningkat.
Selain itu sungai es di daratan juga akan terpengaruh oleh memanasnya suhu di Arktik. Jika sungai es itu mencair, kenaikan air laut secara global pun akan terjadi.
(sho/amd)