"Yang pasti nama-nama ini baru teridentifikasi karena mereka baru untuk yang bombing. Mereka pernah terlibat dalam kekerasan di Poso. Kelompok Jaelani adalah kelompok yang selalu merekrut orang di konflik Ambon dan Poso," kata pengamat intelijen Dynno Chressbon, saat dihubungi melalui telepon, Minggu (16/8/2009).
Kelompok eks Ambon dan Poso ini kemudian digunakan Noordin. "Prinsipnya Noordin dijelaskan dalam doktrin, judulnya tiada jihad tanpa provokasi. Dia mendorong orang eks Poso dan Ambon agar ikut berjihad dengan dia, melakukan kekerasan yang dia rancang," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dynno mengingatkan, yang perlu diwaspadai dari aksi Noordin selain soal bombing adalah penyerangan bersenjata. Kelompok ini memiliki persenjataan M 16 dan AK 47 yang diperoleh dari Filipina.
"Selama 4 tahun mereka mencoba merancang ini. Serangan bom sebagai pengalih perhatian, kemudian melakukan penyerangan bersenjata. Senjata serbu ini peninggalan di daerah konflik," terangnya.
Persenjataan ini bisa diketahui dari masuknya jaringan Mas Slamet Kastari dari Malaysia dan Singapura yang masuk ke Indonesia. Jaringan ini bisa dilihat dari tertangkapnya warga Singapura dalam penangkapan di Palembang dan terakhir di Lampung pada Juni 2009.
"Orang Singapura dan Malaysia itu datang membina kemampuan," tambahnya.
Bagaimana dengan jaringan di Timur Tengah, Yaman, misalnya? "Soal ini bisa dilihat sejak 2 tahun lalu, saat pemerintah Yaman melakukan sweeping 2 tahun lalu. Ada mahasiswa Indonesia yang ditangkap, itu bisa dilihat keterkaitan jaringan internasional," tutupnya.
(ndr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini