Tak gendong ke mana-mana
Enak to, mantep to
Demikian sepenggal lirik 'Tak Gendong', yang melambungkan nama Mbah Surip di industri musik tanah air. Kebanyakan orang menyukai lagu ini karena easy listening , video klipnya lucu dan sangat menghibur. Namun tak dinyana ada makna mendalam di balik lagu yang meledak lewat ring back tone (RBT) itu.
Jose Rizal Manua, sastrawan yang menjadi sahabat Mbah Surip sejak 20 tahun silam punya makna khusus atas lagu tersebut. Menurutnya, lagu tersebut bermakna pertemanan, gotong royong, dan bahu membahu.
"Menggendong itu maknanya menggendong beban yang dimiliki teman," ujar Jose saat berbincang dengan detikcom, Rabu (5/8/2009).
Mbah Surip dan Jose dipertemukan lewat suatu pementasan. Selama 6 tahun, keduanya juga bekerjasama dalam teater Kenduri Cinta yang digawangi Emha Ainun Najib. Di Taman Ismail Marzuki, Mbah Surip kerap melantunkan lagu dan Jose mambacakan puisi.
"Almarhum orang yang sangat suka tolong-menolong," ungkap Jose.
Jose bercerita, sekitar 3 minggu sebelum berpulang, Si Mbah sempat menyambangi Bulungan, tempat ia dahulu 'menggelandang', selain TIM dan Pasar Seni Ancol. Di kawasan Jakarta Selatan itu ia sempat membagi-bagikan uang kepada puluhan temanya yang masih 'ngamen'.
"Ia memasukkan uang Rp 200 ribu, Rp 150 ribu ke kantong teman-temannya," ujarnya.
Meski sudah tenar dan berpenghasilan miliaran, menurut Jose, Mbah Surip sebelum meninggal adalah tetap Mbah Surip yang dahulu ia kenal. Ketenaran dan harta tidak membuatnya gelap mata.
"Ia tetap Mbah Surip yang menggendong dan apa adanya," kenang Jose.
(lrn/nrl)