Kisah Pengabdian dari Medan Juang

Kisah Pengabdian dari Medan Juang

- detikNews
Kamis, 02 Jul 2009 13:48 WIB
Jakarta - Saat itu tanggal 2 November 1999. Anggota pasukan Brimob Mabes Polri Bripka Eka Cahya dan rekan-rekannya ditugaskan dalam Operasi Rencong di Aceh. Mereka melakukan penyergapan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh Timur.

Kontak senjata pun terjadi. Saat baku tembak tersebut, tulang rahang kanan Eka terkena timah panas hingga tembus ke pipi kiri. Meski sempat membalas dengan beberapa kali tembakan, tubuh Eka akhirnya roboh ke tanah.

"Saya roboh. Kejadiannya di sebuah kedai. Baru sadar setelah sampai rumah sakit," kata Eka mengenang peristiwa 10 tahun itu saat ditemui detikcom di acara HUT ke-63 Polri di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (1/7/2009) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dituturkan Eka, dirinya sempat tidak sadar selama dua hari. Begitu sadar, dia langsung dibawa ke Jakarta untuk operasi pemulihan pipi. Namun, bentuk pipinya tetap tidak bisa seperti semula. Pipi Eka kini tampak cekung ke dalam.

"Operasi dilakukan tetapi tetap saja nggak bisa. Diambil tulang-tulang dari tubuh saya tetap saja," lanjutnya.

Namun, kondisi cacat tidak membuat Eka putus asa dan melepas profesinya sebagai polisi. Semangat dan kepercayaan dirinya untuk tetap mengabdikan diri di Kepolisian tetap menyala. Akhir tahun 2001, dia mulai bertugas kembali, meski tidak di lapangan. Eka kini berdinas di satuan penjinak bom Gegana bagian personel.

"Teman-teman saya kasih motivasi semua. Jadi saya bangkit lagi," kata Eka yang menjadi salah satu penerima penghargaan dan tali kasih dalam acara tersebut. Penghargaan itu diserahkan Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD) terhadap personel Kepolisian yang mendapat musibah saat menjalankan tugas.

Penerima penghargaan lainnya, Bripka Tholib, mengaku punya perasaan yang sama seperti Eka. Meski tangan kirinya buntung akibat terkena ledakam bom, Tholib tetap ingin bekerja. Tholib sekarang menjadi staf logistik di Satuan Gegana.

Peristiwa yang dialami Tholib berawal saat dia ditugaskan ke Aceh setahun setelah Eka. Usai kontak senjata dengan GAM, Tholib melakukan penyisiran dan menemukan sejumlah bom berdaya ledak tinggi (high explosive). Ketika dibawa ke markas, salah satu bom tersebut meledak dan melukainya.
Β Β Β 
"Waktu kena sudah tidak bisa ditolong lagi," kata dia. Istri Tholib yang tengah hamil 5 bulan keguguran karena terguncang mendengar musibah yang menimpa suami tercintanya itu.

Tholib mengatakan, dirinya butuh waktu hampir 6 bulan untuk pemulihan. Dia pun sempat minder saat bergaul dengan teman-temannya. Namun, setelah mendapat kesempatan bersekolah lagi, perasaan kecil hati itu hilang dan dia dapat hidup bermasyarakat seperti biasa.

"Waktu sebelum sekolah saya minder setelah saya sekolah ada rehabilitasi sosial," jelasnya.

Meski mempunyai keterbatasan fisik, Bripka Doni Tobing tidak mau diperlakukan istimewa dibanding rekan-rekannya di Polsek Taman Sari, Jakarta Barat (Jakbar). Tangan kanan Doni tidak bisa difungsikan lagi akibat mendamaikan perang antar suku di Timika, Papua, pada 1997 silam.

"(Tangan) kiri sudah bisa, menulis bisa. Di dinas tidak ada pengecualian semuanya normal dengan saya," kata Tobing.

Ditambahkan Doni, tangan kanannya patah sehingga harus diamputasi. Sembilan bulan dia dirawat di rumah sakit dan menjalani operasi. Namun, Doni mengaku tidak trauma atas tragedi yang menimpanya itu.

"Tidak, karena saya masih bersyukur saya masih bisa hidup. Karena selama penugasan ke sana ada empat orang yang meninggal. Masih bersyukur hidup untuk menatap hari depan yang lebih cerah," jelasnya.

Aiptu Suratijo merasa tidak masalah meski harus berkursi roda ketika berkantor di Polwil Yogyakarta. Punggung belakang torak ketujuhnya hancur kena peluru mental saat mengejar gembong perampok di Yogya tahun 1996.

Saat terkena peluru itu, aku Surajito, dirinya seperti tidak merasakan apa pun. Tahu-tahu kakinya sudah tidak bisa digerakkan. Dan ketika dia melihat jaketnya, darah sudah mengucur ke mana-mana.

Menurutnya, dia harus menjalani perawatan selama enam bulan di Rumah Sakit Ortopedi Solo, Jawa Tengah. Selama itu dia dilatih untuk mandiri dalam melakukan apa pun.

"Saya dulu nggak bisa apa-apa, istilahnya cuma tidur, tidur, tidur. Nggak bisa gerak ke mana-mana," pungkas Surajito. (irw/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads