Tapi tenang saja, mereka bukan ingin menantang adu tanding ala gladiator. Mereka hanyalah para aktor berkostum yang menawarkan jasa foto bersama untuk para turis.
Inilah pemandangan pertama saat mengunjungi Coloseum yang menjadi ciri khas Kota Roma, Italia. Arena berumur nyaris 2.000 tahun ini dibanjiri para turis setiap harinya. Wartawan Detikcom, Fitraya Ramadhanny mengunjungi Colosseum pada Minggu (7/5/2009). Tinggal menyeberang jalan dari mulut stasiun kereta bawah tanah, Colosseum mudah dijangkau pengunjung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Datanglah sepagi mungkin untuk menghindari antrean panjang. Loket sudah buka sejak pukul 9.00 pagi. Harga tiketnya 12 Euro termasuk kunjungan ke reruntuhan kota kuno Roma di seberang Colosseum. Ada biaya tambahan jika memakai petugas pemandu atau pemandu audio.
Urusan tiket beres, pengunjung tinggal mengikuti petunjuk arah dan langsung menuju puncak arena Colosseum. Pemandangan dari atas sini sungguh spektakuler. Walau bentuk bangunannya agak hancur, kemegahannya masih terasa. Adegan film Gladiator yang diperankan Russel Crowe langsung terbayang.
Walaupun dibangun pada tahun 80 Masehi, bentuk Colosseum sudah sama seperti stadion sepakbola modern. Tribun penonton tersebar melingkar dalam beberapa tingkat. Bahkan, sistem nomor tempat duduk sejak dahulu sudah dipergunakan di arena berkapasitas sekitar 50 ribu penonton ini. Pembagian tribun berdasarkan strata sosial. Orang kaya dan bangsawan duduk paling bawah. Orang miskin dan para budak duduk paling atas.
Dari puncak, pengunjung digiring ke lantai bawah tepat di samping arena Gladiator. Ternyata, lantai arena dalam sejarahnya hanya terbuat dari kayu dan diberi alas pasir. Setelah 2.000 tahun, tidak ada lagi lantai kayu yang tersisa. Yang tampak adalah ruang bawah tanah di bawah arena berupa kamar-kamar untuk para Gladiator dan hewan-hewan buas yang akan diadu. Agar pengunjung punya gambaran, dibangunlah kembali lantai arena dari kayu yang hanya menutupi sepertiga bagian arena saja.
Sayangnya bangunan Colosseum sekarang tampak terpotong di bagian paling luar. Penyebabnya adalah gempa besar pada 1349 yang meruntuhkan setengah lingkaran dinding paling luar. Batu marmer sebagai material asli pun banyak yang hancur dan akhirnya diganti batu bata seperti yang terlihat sekarang ini.
Saat Tahta Vatikan berdiri menggantikan Kekaisaran Roma, Colloseum sempat difungsikan sebagai tempat penampungan sosial. Sekarang Colloseum menjadi tempat bersejarah. Namun proses pelestarian terus berlangsung.
Aktivitas penggalian masih berlangsung karena para arkeolog masih kerap menemukan puing-puing bersejarah. Selain itu Colloseum pun kini terancam kerusakan akibat dari polusi kendaraan dari jalan raya yang mengitarinya.
(fay/rdf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini