Borodavkin: Koeksistensi Damai Prasyarat Minimal

Interfaith Dialogue RI-Russia

Borodavkin: Koeksistensi Damai Prasyarat Minimal

- detikNews
Senin, 01 Jun 2009 20:21 WIB
Moskow - Walaupun kadang sulit diwujudkan, namun konsep koeksistensi damai merupakan suatu prasyarat minimal bagi kehidupan masyarakat majemuk. Ini harus dipahami, disadari dan diamalkan oleh semua komponen masyarakat.

Karena itulah Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Aleksey N. Borodavkin, sangat menyambut baik interfaith dialogue di Moskow kali ini dengan mengangkat tema Koeksistensi Damai dalam Masyarakat Multiagama: Belajar dari Indonesia dan Rusia.

Diakui telah banyak kesalahan dilakukan oleh banyak bangsa dalam menangani masalah dasar ini. “Tema ini bukan hanya cocok bagi Indonesia dan Rusia namun juga tema global yang selalu aktual,” kata Borodavkin, seperti disampaikan Korfungsi Pensosbud M. Aji Surya kepada detikcom hari ini (1/6/2009).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diibaratkan, bahwa koeksistensi damai ibarat sekumpulan penumpang dalam bus yang berdesakan. Mereka nyaris tidak memiliki tempat yang cukup untuk bergerak. Tiba-tiba seorang penumpang menginjak kaki yang lain. Siapakah yang salah?

Ada teori yang menyebutkan bahwa yang salah adalah bus yang jalannya tidak lempang dan selalu ugal-ugalan, sehingga menyebabkan keseimbangan penumpang sulit dipertahankan.

“Jawaban yang benar adalah menghormati tetangga dan dengan segera meminta maaf tanpa harus mencari alasan, yang diminta maaf harus rela” tegas Borodavkin.

Menurut Borodavkin, perumpamaan di dalam bus tersebut sangat cocok dengan kehidupan masyarakat yang multietnis dan agama serta kepercayaan. Saling menyalahkan atau mencari kambing hitam hanya akan menciptakan malapetaka dan mendorong pertengkaran yang tidak perlu. Kata maaf harus mudah diucapkan baik di dalam hati maupun di mulut.

Borodavkin menegaskan, saat ini rasanya Indonesia dan Rusia telah melewati suatu masa krusial dan berada dalam kondisi koeksistensi damai. Berbagai kesalahan di masa lalu telah terkoreksi, sehingga yang dibutuhkan adalah menjaganya.

Mengenai kebebasan berekspresi, Borodavkin mengatakan bahwa nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat mestinya menjadi rem dalam tingkah laku masyarakat.

Mengedepankan kebebasan tanpa batas hanya akan menyengsarakan banyak orang. Nilai moral ini berlaku umum seperti yang kuat harus melindungi yang lemah, termasuk perempuan dan anak-anak.

“Kebebasan tidak boleh menjadi alasan untuk melakukan kegiatan tanpa batas,” demikian koeksistensi damai.

Sependapat dengan Borodavkin, Pemred Harian Republika Ikhwanul Kiram yang berpartisipasi dalam dialog, mengemukakan bahwa kebebasan yang dimiliki pers harus menciptakan maslahat bagi umat, bukan sebaliknya.

"Harus sejalan dengan aturan yang berlaku, kode etik jurnalistik dan prinsip-prinsip hidup bersama secara damai," demikian Kiram.

(es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads