Hal itu diungkapkan para virologi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D, di ruang seminar biotek, Gedung Pusat Antar Universitas (PAU), UGM, jumat (1/5/2009)
"Sampai kemarin, kasus epidemi pada orang ini tidak diawali kasus serupa pada babi, tidak ada virus serupa yang bisa diisolasi dari babi maupun hewan lain," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan yang sekarang ini ada di manusia, informasi genetik di virus ada asalnya dari orang, babi dan unggas. Campuran dari Amerika utara, Eropa dan Asia, jadi virus ini merupakan koalisi baru," kata guru besar Fakultas
Kedokteran Hewan (FKH) itu.
Dia juga menepis informasi yang beredar selama ini bahwa flu babi merupakan virus influenza tipe A dengan subtipe H1N1 yang diklaim virus babi, dikarenakan keberhasilan mengisolasi virus pada tahun 1930 yang dilakukan pada babi.
"Di Meksiko diklaim itu virus flu asal dari babi, diperkuat lagi dari kasus di Amerika. Sehingga menguatkan pada virus H1N1 itu dari babi," paparnya.
Meski virus tersebut merupakan capuran dari kelompok virus H1N1 pada manusia, babi, dan unggas. Menurut dia, kemungkinan besar bisa berpotensi menimbulkan koalisi virus baru yang berasal dari kuda, kucing, dan anjing yang memiliki virus influenza H1N1. Meski untuk sementara ini, virus flu babi di Meksiko ini campuran dari ketiga virus manusia, unggas dan babi ini.
Dia mengatakan kemungkinan memang selalu ada untuk koalisi lebih besar lagi, karena sifat virus influenza selalu berubah. Oleh karena itu, harus selalu waspada jangan sampai virus orang berpindah ke babi, virus ayam ke babi, ayam ke orang, babi ke orang. "Akibatnya muncul individu-individu sebagai tempat untuk bercampur virus dengan satu sama lain," ungkap dia.
Ia pun menyarankan agar orang yang sedang terkena flu tidak mendatangi peternakan babi. Apalagi di peternakan babi ada gelaja influenza, perlakuan yang sama juga diterapkan di peternakan ayam.
"Kalo mereka saling berdekatan maka akan saling berkoalisi," katanya.
Widya juga sempat menyarankan agar pemerintah tidak gegabah untuk melakukan pemeriksaan langsung ke semua populasi babi di seluruh Indonesia. Karena hanya akan memboroskan anggran semata.
βYang jelas kita jangan gegabah dengan keberadaan babi di Indonesia, mau dimusnahkan atau diapakan, meski masalah ini cukup sensitif karena erat kaitannya dengan anggaran, " katanya.
Dia menyarankan pemerintah tidak perlu melakukan survei massif terhadap keberadaan populasi babi. Bila jumlah babi di Indonesia diperkirakan sekitar 7-9 juta, akan menghabis dana yang besar untuk pemeriksaan itu. Padahal dalam penanganan virus flu babi tidak mendesak ke arah itu.
"Saya kira tidak perlu pemeriksaaan secara massif ke seluruh babi, wong virus itu ada di orang di Meksiko. Kita hanya perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap peternakan babi sama dengan kewaspadaan peternakan unggas selama mewabahnya virus flu burung," pungkas Widya.
(bgs/djo)