"Pak Sigid secara psikologis nggak terganggu," ujar Direktur Pusat Pengkajian Strategi di PT PIM, Boni Hargens, kepada detikcom, Jumat (1/5/2009).
Boni menuturkan, saat ini koleganya masih diperiksa intensif oleh kepolisian di tempat yang dirahasiakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada bukti dia terlibat dalam kasus itu," pungkas dia.
Sigid ditangkap diduga karena memodali pembunuhan Nasrudin dengan memberikan donasi uang ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Di situs merdekanews.com ditulis bahwa Sigid merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara yang lahir di Solo, 11 November pada 1966. Dia sering dipanggil SHW oleh rekan-rekan bisnisnya.
Sigid menempuh pendidikan SD hingga perguruan tinggi di Semarang. Dia meraih gelar Sarjana Ekonomi Manajemen dari Universitas Diponegoro. Dia juga alumnus Lemhannas. Hasil karyanya berjudul 'Membangun Pilar Persatuan dan Kesatuan Bangsa'Β kemudian dibukukan.
Di bidang politik, Sigid pernah menjadi anggota DPRD I Jawa Tengah dari Golkar. Pada 25 Agustus 1998, ia mengundurkan diri dari semua aktivitas di bidang legislatif dan pindah ke Jakarta untuk menerima kepercayaan sebagai Asisten Pribadi Menteri Kehakiman.
Suami dari Sri Hapsari dan ayah empat anak ini pernah menjadi Penasihat Menteri Sosial Bidang Khusus Kabinet Gotong Royong 2002-2004, Penasihat Menteri Sosial Bidang Khusus Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2006, dan Staf Khusus Mensos bidang Sosial Ekonomi pada 2005-2007.
Sejak Senin, 10 November 2008, Sigid terjun ke bisnis media massa. Dia mendirikan PT Pers Indonesia Merdeka (PIM) dan menerbitkan Harian Merdeka. Sigid juga mengakuisisi majalah Maestro.
(nik/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini