Prabowo, Counter Coup 1983 dan 'Mengambil' Para Jenderal

Buku Sintong Panjaitan

Prabowo, Counter Coup 1983 dan 'Mengambil' Para Jenderal

- detikNews
Kamis, 12 Mar 2009 09:35 WIB
Jakarta - Gosip kup 1965 dan 1998 sudah jadi rahasia umum. Tapi kup 1983? Kisah anyar inilah yang dituangkan Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan dalam buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando'.

Sintong menuturkan isu kup 1983 sebagai awal keretakan hubungan Asisten Intelijen Hankam Letjen TNI LB Moerdani dan Wakil Komandan Den 81/Antiteror Kapten Prabowo Subianto. Saat itu Prabowo menengarai Moerdani akan melakukan kudeta dan Prabowo akan menggagalkannya.

Cara counter coup d'etat itu adalah Prabowo berencana 'mengambil' sejumlah nama perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di antara nama-nama perwira tinggi ABRI yang akan diambil adalah Letjen TNI LB Moerdani, Letjen TNI Soedharmono, Marsda TNI Ginandjar Kartasasmita, dan Letjen TNI Moerdiono," tutur Sintong dalam bukunya yang dia luncurkan Rabu (11/3/2009) malam.

Seperti dituturkan dalam halaman 445, saat itu Maret 1983, pasukan khusus Den 81/Antiteror telah bersiap namun segera dicegah Mayor Luhut Pandjaitan, komandan satuan tersebut. Β 

"Enggak ada itu (kup). Sekarang kalian semua kembali siaga ke dalam. Tidak ada seorang pun anggota Den 81 yang keluar dari pintu tanpa perintah Luhut Pandjaitan sebagai komandan," tutur Sintong menirukan Luhut kepada pasukannya.

Luhut sempat berbincang dengan Prabowo mengenai asal muasal datangnya kabar kup tersebut. Dalam percakapan keduanya, terekam bila Prabowo menyangka LB Moerdani telah memasukkan senjata dari luar untuk melaksanakan coup d'etat.

"Memang benar LB Moerdani memasukkan senjata. Tetapi senjata itu merupakan senjata dagangan yang disalurkan kepada para pejuang Mujahiddin Afghanistan untuk melawan Uni Soviet. Di antara senjata itu adalah serbu AK-47 dan senapan laras panjang SKS serta senjata antitanks buatan Prancis yang dibeli dari Taiwan," tutur Sintong seperti yang diungkapkan Luhut.

Operasi intelijen LB Moerdani dilakukan dalam mencari dana dan memberi peran Indonesia dalam perjuangan di Asia. "Jadi Pak Benny memainkan peranan itu. But it is nothing to do with coup d'etat," tutur Sintong.

Perdebatan sempat terjadi antara Luhut dan Prabowo, dan kemudian terpapar rencana selain mengamankan perwira tinggi ABRi, juga membawa Soeharto ke markas Den/81 Antiteror ke Cinjantung.

"Bang, nasib negara ini ditentukan oleh seorang kapten dan mayor," tutur Prabowo kala itu.

"Kalau kata-kata itu dijabarkan, maka seorang Kapten Prabowo Subianto bertindak sebagai peran utama, sedangkan Mayor Luhut sebagai pemeran pendukung," jelas Sintong. (ndr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads