Letjen (Purn) Sintong Panjaitan lama tak muncul setelah Presiden Habibie lengser pada 1999. Staf khusus Habibie selama beberapa tahun itu tiba-tiba muncul menjelang Pemilu 2009. Tanpa basa-basi, Sintong akan mengeluarkan buku memoarnya.
Buku ini berjudul 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' yang ditulis oleh Hendro Subroto. Penulis dikenal sebagai wartawan perang. Kabarnya buku Sintong diterbitkan oleh Kompas Gramedia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber detikcom menyebutkan, salah satu daya tarik buku tersebut, karena Sintong mengungkap sebagian dari perjalanan karirnya saat di militer. Selain itu Sintong juga mengungkap detik-detik peristiwa bersejarah saat-saat pertemuan Habibie dengan Prabowo pasca lengsernya Soeharto.
"Selain bercerita mengenai kariernya di militer, buku itu akan menjadi jawaban dari sekian pertanyaan publik terkait isu-isu yang muncul setelah Pak Harto lengser," kata sumber detikcom Rabu (11/3/2009).
Sintong Panjaitan adalah mantan 'Rising Star' dalam dunia militer di Indonesia. Terbukti, di usia yang masih relatif muda, Sintong sudah menjabat Pangdam Udayana dengan pangkat Mayor Jenderal.
Karir militer Sintong dimulai secara gemilang sejak di akademi militer. Di Magelang, Sintong lulus dengan predikat terbaik yang akhirnya menghantarkan karirnya menjadi 'the rising star'. Salah satu prestasi gemilang Sintong Panjaitan adalah ketika ia sukses memimpin operasi pembebasan pembajakan pesawat Garuda, Woyla di bandara Don Muang, Bangkok.
Sayangnya karier militer sintong terhenti saat dia menjabat sebagai Pangdam Udayana. Sintong dituding terkait dalam peristiwa Santa Cruz Dilli, Timor Timur, pada tahun 1991. Peristiwa Santa Cruz adalah terjadinya aksi penembakan terhadap pendemo di Dilli oleh oknum tak bertanggung jawab dari 'kesatuan misterius'.
Setelah dikonfirmasi, 'pasukan misterius' itu ternyata di luar kendali Kodam Udayana yang saat itu dijabat Sintong Panjaitan. Akibat dari kejadian Santa Cruz, sebagai Pangdam, Sintong langsung dicopot karena dianggap bertanggung
jawab atas insiden Santa Cruz. Setelah dicopot dari jabatan Pangdam inilah, karir militer Sintong Panjaitan pun tamat.
Karier Sintong kembali terangkat saat Habibie mengangkat dia menjadi asisten Menristek. Pangkat Sintong pun dinaikkan menjadi letnan jenderal. Sejak saat itulah, Letjen Sintong Panjaitan dikenal Habibie sebagai seorang perwira tinggi yang profesional, jujur, berdedikasi dan berdisiplin tinggi. Penilaian Habibie inilah yang menjadikan Sintong selalu 'dipakai' Habibie saat dia menjabat sebagai wapres ataupun presiden mengantikan Soeharto. Sampai kemudian nama Sintong kembali tenggelamn pasca jatuhnya Habibie karena dia memilih tidak berpolitik praktis sebagaimana para purnawirawan jenderal lainnya.
Nama Sintong sempat disebut-sebut lagi saat Habibie meluncurkan buku kontroversialnya 'Detik-Detik yang Menentukan'. Dalam buku itu, Sintong disebut-sebut oleh Habibie. Termasuk saat Prabowo yang saat itu baru dipecat dari Pangkostrad menemui Habibie di Istana. Sintong merupakan saksi mata kejadian itu. Bahkan, Sintong disebut memaksa Prabowo untuk meninggalkan senjatanya sebelum bertemu Habibie.
Apakah pertemuan Prabowo dengan Habibie di Istana itu memang menjadi salah satu tulisan yang diceritakan Sintong? Tunggu saja. Yang jelas, dalam sebuah wawancara televisi swasta beberapa waktu lalu, Sintong mengaku bahwa bukunya ini merupakan pelurusan sejarah dari buku-buku yang sudah beredar di masyarakat. (yid/asy)