"Kita tinggal di sini sejak puluhan tahun lalu," kata Wakil Ketua RW 7 Kedaung, Cengkareng, Jakarta Barat, Jimmy Pasania, Senin (2/3/2009).
Menurut Pasania, Kampung Ambon mulai ramai saat perkampungan Ambon di sekitar di Kwitang, Jakpus, digerus petugas. Para perantau asal Ambol memilih minggir ke daerah Kedaung, di tepi sungai Cengkareng Drain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pandangan miring warga luar terhadap kampungnya sangat terasa sepanjang Cengkareng Drain. Saat detikcom mencari alamat tersebut di ujung jalan Daan Mogot, sejumlah pengojek yang ditanya langsung berubah air muka. Mereka terlihat serius dan sedikit takut. Kemudian memberi petunjuk arah dengan sekenanya.
Konon, di Kampung Ambon siapa saja bebas bertransaksi narkoba. Peredaran barang haram tersebut berjalan rapi karena disusun oleh semua warga masyarakat dan semuanya saling melengkapi. Dari tukang ojek, petugas keamanan, ibu-ibu, pemuda, dan si pengedar sendiri.
Saking rapinya, razia narkoba di lokasi ini harus dilakukan sampai level Polda dan Mabes Polri. Kalau hanya setingkat Polsek atau Polres, polisi memilih putar balik daripada digebuki warga yang meneriaki maling.
"Ini memang target utama kami. Sarang narkoba," ucap Sekretaris Badan Narkotika Kotamadya (BNK) Jakarta Barat, Suhardin.
Mendirikan posko antinarkoba di sarang penjahat membutuhkan tenaga ekstra. BNK perlu mengajak polisi, satpol PP, TNI dan aparat birokrasi di lapangan. Total jenderal, jumlah petugas yang diturunkan mencapai ratusan.
Petugas menggunakan 5 truk untuk memobilasi kekuatan.Β Juga kendaraan dinas lapangan yang jumlahnya berderat memanjang sekitar 100 meter di pinggiran kali Cengkareng Drain.
"Kami tidak ingin kecolongan. Ini harus dibangun untuk meminimalisir peredaran narkoba," sergah Suhardin. (Ari/nrl)