"Pada awal pembangunan, sempat ada reaksi dari warga sekitar," ujar Muhammad Chaidir kepada detikcom, Jumat (27/2/2009).
Chaidir adalah ketua RW 010, Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat, wilayah gereja tersebut bernaung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka menjanjikan akan membantu warga sekitar dan pemuda di sini untuk dipekerjakan jika nanti gereja tersebut sudah benar beroperasi," papar Chaidir.
Menurut Chaidir, pembangunan gereja ini dimulai sejak tiga tahun silam. Gereja ini juga sudah mendapat izin dari Pemda DKI dan MUI Jakarta Pusat.
Sejak beberapa bulan terakhir ini, aktivitas kegiatan di gereja tersebut sudah mulai berjalan.
"Pada saat Natal, Tahun Baru dan setiap hari Minggu selalu ramai," jelasnya.
Tempat ibadah ini bernama Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Lokasinya tepat berseberangan dengan gedung Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.
Gereja raksasa itu, seperti dilansir Radio Australia 21 September 2008, tercetus dari buah pikiran seorang penginjil keturunan Tionghoa, Stephen Tong. Tujuan didirikannya gereja itu adalah untuk menghilangkan segala pandangan keliru bahwa di Indonesia tidak ada toleransi bagi agama-agama lain. (mok/ndr)