Jenazah Sapto saat ini masih disemayamkan di rumah duka di Jl Bung Tardjo (Jl Gayam) No 16, Yogyakarta. Rencananya jenazah akan dikuburkan di pemakaman keluarga di Makam Blunyah Gede, Jetis Yogyakarta pukul 14.00 WIB.
Almarhum meningalkan seorang istri, Ny Isti Indraeni dan tiga orang anak yakni, Desyana Wulani Putri, Ishari Sahida dan Dyah Sawarni Dewi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak beberapa hari yang lalu, bapak dirawat di Panti Rapih hingga tutup usia. Tak ada pesan khusus, hanya ada satu keinginan bapak untuk memindahkan beberapa gamelan ke Taman Pintar," katanya.
Selain berkarya di bidang musik terutama gamelan komtemporer, almarhum juga dikenal sebagai seniman multimedia, broadcaster, organizer berbagai kegiatan kesenian. Almarhum juga pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIY hingga tahun 2008.
Dunia musik terutama karawitan, seni tari digelutinya sejak masih SD sekitar tahun 1963. Darah senimannya mengalir dari keluarga tokoh pengrawit gamelan asal Yogyakarta Ki Cokro wasito.
Pendidikan dihabiskan di Yogyakarta sejak di TK Bopkri, SDN Ungaran Kotabaru, SMP 5, SMA 3 dan kuliah di Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (Asdrafi). Keahliannya dibidang musik lebih banya didapat secara otodidak, membaca buku dan bergaul dengan berbagai tokoh musik.
Sejak tahun 1980-an, Sapto serius menggeluti seni musik. Selain gamelan tradisi, Sapto juga mengekplorasi gamelan memadukan alat modern seperti komputer dan synthesizer. Konser musik yang pernah digelar di Yogyakarta hingga luar negeri antara lain Musik Kaleng, Yogyaharmonik 80, Konser WIN selama 3 hari nonstop di
Yogyakarta dan Yogyakarta Gamelan Festival yang digelar sejak tahun 1995 hingga sekarang.
(bgs/nrl)