Lagu 'Madu Tiga' merupakan soundtrack dari film dengan judul sama yang mengkritik kenyataan sosial masyarakat (di Malaysia pada tahun 1960-an) yang suka berpoligami. Lagu Madu Tiga menggambarkan seorang suami yang ingin beristri tiga karena kedua istri sebelumnya ngambek.
Bila memperhatikan liriknya dan melepaskan diri dari konteks filmnya, Madu Tiga bisa multitafsir. Lirik lagu itu bisa diartikan sebagai kampanye poligami karena menyiratkan kebahagian berpoligami. Simak lirik lagu ini ....Aii... senangnya dalam hati kalau beristri dua. Oh seperti dunia Ana yang punya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila 'Madu Tiga' dengan jenaka menyatakan kebahagian berpoligami, lagu 'Bojo Loro' berisi keluhan-keluhan terhadap praktek poligami. Si penyanyi 'Bojo Loro' mengeluhkan tubuhnya jadi kurus dan pusing gara-gara berpoligami.
Meski beda kisah, baik lagu 'Madu Tiga' atau pun 'Bojo Loro' punya kesamaan. Dua lagu ini punya kesamaan yakni memberikan pernyataan tidak cukup dengan istri dua. Ada tanda-tanda 'hidung belang' di dua lagu tersebut.
Di lagu 'Bojo Loro', sang suami bingung membagi 'jatah'. Tiga hari untuk istri muda, tiga hari untuk istri tua. Nah satu hari sisanya untuk siapa?
"Sing sedino kanggo wong liyo", artinya, yang sehari untuk orang lain (Wanita Idaman Lain/ WIL).
Kedua lagu tersebut memang sama-sama dilantunkan secara jenaka. Mungkin tujuannya untuk menyindir masyarakat, tapi dengan cara yang jenaka.
Lagu 'Bojo Loro' sangat masyhur di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selain dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi lokal, lagu berbahasa Jawa ini juga pernah dipopulerkan oleh si Ratu Ngebor Inul Daratista dan Didi Kempot.
Berikut lirik lengkap lagu Bojo Loro:
Abang biru lampune disko (merah biru lampunya disko)
Awak kuru Mas, mikir bojo loro (badan kurus mikir istri dua)
Bojo sing enom njaluk disayang (istri muda minta disayang)
Sing tuwo βnjur wegah ditinggal (istri tua tidak mau ditinggal)
Sirah mumet ora bisa turu (kepala pusing tidak bisa tidur)
Andum trisno Mas, ugo andum waktu (membagi cinta, juga membagi waktu)
Mikir butuhe, mikir blanjane (mikir kebutuhan, mikir anggaran belanja)
Njur saiki bingung atine (jadi sekarang bingung hatinya)
Telung dino mulih rono (3 hari pulang ke sana)
Telung dino bali neng kene ( 3 hari pulang ke sini)
Sing sedino kanggu sopo (yang sehari buat siapa)
Sing sedino kanggu wong liyo (yang sehari buat yang lain) (anw/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini