sehingga kian lengkap. Namun, pertambahannya itu bukannya tanpa sisi negatif
"Perubahan format pada larik pertama lema tidak konsisten. Ada yang terlewat, belum diubah, bahkan pada halaman yang sama seperti pada halaman 830. Ini dapat membingungkan pembaca, dapat dibaca sebagai makna, padahal bukan," kata ahli tata
bahasa Indonesia dari Unika Atmajaya Bambang Kaswati Purwo dalam diskusi Bedah KBBI IV di Gedung Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Selatan, Selasa (24/2/2009).
Dari empat edisi yang telah diluncurkan, sebanyak 27.951 kata telah bertambah, mulai dari edisi I yang memuat sebanyak 62.100 kata, edisi II 72.000 kata, edisi III 78.000 kata, dan terakhir edisi IV sebanyak 90.049 kata. Penambahan kata ini menurut Meiti merupakan hasil penambahan kosakata baru yang sudah umum dipakai di masyarakat yang terkait juga dengan penambahan kosakata baru khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
merupakan bagian teknis dalam satu ilmu pengetahuan seharusnya disusun dalam kamus
tersendiri khusus bidang keilmuan tersebut.
"Apakah semua masalah harus dijangkau dalam KBBI saya jawab ya. Tapi apakah harus
masuk dalam kamus ini jawaban saya tidak. Untuk kosakata yang memang teknis dalam
satu ilmu pengetahuan saya rasa itu tidak perlu dimasukkan, tapi jika kosakata
tersebut lintas ilmu pengetahuan dan umum dipakai ya perlu dicantumkan," terangnya.
Selain itu Bambang juga mengusulkan adanya satu KBBI yang memang khusus dipakai sebagai rujukan atau pedoman tata bahasa untuk masyarakat. Nantinya tidak perlu ada lagi KBBI berseri seperti yang ada sekarang yang dianggap membingungkan masyarakat tentang mana edisi yang harus dipakai.
"Saya mengusulkan adanya kamus khusus, sehingga tidak perlu ada lagi edisi 1,2,3,4
dan nanti 5. Yang beredar itu hanya kamus gubahan," pungkasnya. (gah/gah)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini